Perintis Orientalis: Walid bin Mughirah
Al-Walid bin Al-Mughirah dalam film OMAR
Oleh: Nuim Hidayat
“Biarkanlah Aku (yang bertindak)
terhadap orang-orang yang
Aku sendiri telah menciptakannya.
Dan Aku berikan baginya
kekayaan yang melimpah.
Dan anak-anak yang selalu bersamanya.
Dan Aku berikan kepadanya
kelapangan (hidup) yang seluas-luasnya.
Kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahnya.
Tidak bisa.
Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al Quran).
Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan.
Maka celakalah dia bagaimana dia menetapkan?
Kemudian dia memikirkan.
Lalu berwajah masam dan cemberut.
Kemudian berpaling dan menyombongkan diri.
Lalu dia berkata:
“(Al Quran) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu).
Inilah hanyalah perkataan manusia.
”Kelak Aku akan memasukkanya ke dalam (neraka) Saqar.” (QS al Mudatsir 11-26).
Jalaluddin as Suyuthi, Imam Qurthubi, at Thabari, Ibnu Katsir dan lain-lain sepakat bahwa yang dimaksud surat al Mudatsir 11-26 adalah Walid bin Mughirah.
Siapakah dia? Ia adalah penentang Rasulullah yang ulung selain Abu Lahab dan Abu Jahal. Ia adalah tokoh Quraisy, ahli syair, orang bangan dan kaya raya. Sebelum Rasulullah lahir ia mempunyai sifat-sifat terpuji. Di antaranya mengharamkan khamr untuk diri dan keluarganya dan pernah memugar dan membangun Ka’bah.
Karena itu, ketika wahyu turun kepada Rasulullah , ia mengatakan : “Mengapa al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad, sedang aku diabaikan, padahal aku merupakan tokoh dan pemuka Quraisy?”
Nama lengkapnya adalah al Walid ibnul Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Ia juga adalah seorang hakim di masyarakat Arab jahiliyah, tokoh di Darun Nadwah dan dianggap pemersatu bangsa Arab. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang meminjamkan uangnya dengan riba.
Meski demikian anaknya menjadi pahlawan Islam, pedang Allah, yaitu Khalid bin Walid. Anaknya yang lain juga memeluk Islam yaitu al Walid bin Walid. Anaknya diceritakan dalam sejarah jumlahnya 12 orang.
Abu Jahal pernah datang ke rumah Walid karena ia mendengar bahwa Walid berkata kepada Abu Bakar bahwa Al Quran bukan syair dan bukan ocehan dari orang gila. Ketika Abu Jahal memprotes perkataannya itu, Walid mengatakan : “Apa yang harus aku katakan tentang Al Qur’an? Demi Allah tiada seorangpun diantara kalian yang paling mengetahui soal syair daripada aku dan syair jin selain daripadaku. Demi Allah apa yang dikatakan Ibnu Abu Qahafah (Abu Bakar) tidak mirip dengan syair. Demi Allah apa yang diucapkannya itu benar-benar indah, menghancurkan tuturan selainnya, unggul dan tidak dapat diungguli.”
Abu Jahal menyatakan: “Demi Allah, kaummu tidak akan puas sebelum kamu menjelaskannya pada mereka.”
“Beri aku memikirkannya”, akhirnya Walid berkata:”Tidaklah Al Qur’an ini melainkan sihir yang dipelajarinya dari orang lain.” (Tafsir ad Durul Mantsur dikutip Dr Abdurrahman Umairah dalam Rijalun Nisa’ Anzalallahu Fihim Qur’anan ‘Tokoh-Tokoh Yang Diabadikan Al Qur’an).
Walid juga pernah berdialog dengan kawan-kawannya tentang apa yang pas untuk julukan kepada Muhammad. Koleganya menjuluki Muhammad sebagai penyair, tukang sihir, dukun dan ada yang menjulukinya dengan orang gila. Walid mengatakan: “Hai kaum Quraisy, kalian adalah orang yang memiliki perhitungan dan memiliki impian. Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat dia gila?”
“Tidak pernah”
“Kalian mengatakan bahwa dia itu dukun. Apakah kalian pernah melihat dia mempraktekkan perdukunan?”
“Tidak pernah”
“Kalian juga mengatakan bahwa dia pendusta, apakah kalian pernah pengalaman didustai olehnya sedikit saja”
“Tidak pernah”
Lalu kaum Quraisy bertanya kepadanya:”Kalau begitu siapakah dia?”
Walid menjawab:”Dia adalah tukang sihir dan apa yang dikatakannya adalah sihir belaka.”
Maka Allah kemudian menurunkan ayat berikut:
“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia. Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermuka masam dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: “(Al Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (QS al Mudatsir 18-25).
Merupakan sunnatullah dakwah, bahwa orang-orang shalih mesti menghadapi orang-orang jahat. Imam Jalaluddin as Suyuti menyatakan: “Ketahuilah bahwa tidak pernah ada orang besar di suatu masa melainkan dia memiliki musuh dari kalangan orang hina. Sebab orang-orang mulia senantiasa diuji dengan orang-orang rendah. Adam berhadapan dengan Iblis, Nuh berhadapan dengan Ham dan selainnya. Dawud berhadapan dengan Jalut dan kawan-kawannya. Musa berhadapan dengan Firaun. Demikian selanjutnya hingga Nabi Muhammad . Beliau juga berhadapan dengan Walid bin Mughirah, Abu Jahal, kelompok musyrikin dan pengabdi kekafiran. Mereka terus menghadapi beliau hingga mereka berhasil mengusir beliau dari negeri sendiri. Kadang-kadang mereka menuduh beliau dengan tukang sihir atau orang gila. Allah Taala berfirman : “Dan seperti itulah, telah Kami adakan tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (al Furqan 31).
Karena berbagai sifat buruk Walid bin Mughirah, Al Quran menyatakan:
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (13) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (14) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آَيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (15)
“Dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah. Yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa yang kaku lagi kasar.. Selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata,”(Ini adalah) dongengan orang-orang dahulu kala.” (al Qalam 10-15).
Sayid Qutb menyatakan: “Walid adalah utull yang merupakan kata yang mengungkapkan sejumlah sifat dan sejumlah predikat yang tidak dapat diungkapkan oleh sekumpulan kata-kata dan sifat. Abu Darda’ berkata:”Al utull berarti setiap orang yang perutnya rakus, akhlaknya kaku, tukang makan, tukang minum, tukang mengumpulkan harta dan sangat kikir.” (HR Bukhari dan Muslim).
Walid adalah az zaniim yaitu orang-orang yang bergabung dengan suatu kaum, sedang dia tidak memiliki ikatan keturunan dengan mereka atau ikatan dengan mereka sebatas dugaan. Makna lain dari az zaniim adalah orang yang terkenal dan popular di kalangan masyarakat karena ketercelaannya, keburukannya dan kejahatannya yang banyak.”*
Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
No comments:
Post a Comment