Monday, 26 August 2019

MUSIBAH

Persaudaraan Ukhuwah

MUSIBAH adalah sesuatu yang menimpa kita, yang tidak mengenakkan. Yang tidak menyulitkan diri kita. Misalkan, tertimpa rasa sakit, demam dan sakit kepala.

Musibah juga bertingkat, mulai dari yang kecil seperti tertusuk duri sampai pada tingkat paling besar, bencana alam. Semua adalah musibah yang menyakitkan dan menyulitkan diri apabila tertimpa.

Tapi bagi orang beriman, itu bukan masalah terbesar. Sebab ada jaminan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa tidaklah menimpa seorang Muslim sebuah musibah, baik itu berupa rasa sakit, galau, demam, sampai duri yang tertusuk kecuali itu merupakan penggugur dosanya.

Bagi seorang Muslim, yang namanya musibah itu bisa jadi sesuatu yang baik selama ia menerima dengan baik dan berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Hadits lain Rasulullah juga bersabda, bahwa jika Allah mencintai seorang hamba dia akan memberikan musibah atau ujian.

Lantas apa “musibah terbesar” bagi seorang Muslim?

‘Musibah’ terbesar adalah ketika Muslim satu dengan yang lainnya memutuskan silaturahim, ketika mereka bermusuhan tidak bertegur sapa, ketika mereka merenggangkan ukhuwah.

Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi, tidak akan masuk surga orang tidak mengajak berbicara saudaranya melebihi 3 hari. Rusaknya ukhuwah akan berdampak pada kesulitan dan kesengsaraan di dunia terlebih di akhirat nanti.

Maka tidak heran jika Nabi menjadikan kesempurnaan iman itu di antaranya melalui hubungan persaudaraan yang baik.

Beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.”

Maka ‘musibah terbesar’ bagi seorang Muslim bukanlah bencana alam, tapi ‘musibah terbesar’ adalah retaknya ukhuwah.*

Setiap kaum muslimin seharusnya bersaudara.  Menjelaskan beberapa penyebab rusaknya ukhuwah atau persaudaraan di antara umat Islam.

“Apa sebab kita tidak bersaudara?”  .

Seharusnya,  siapa saja yang menjadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai pegangan hidup berarti mereka adalah bersaudara. Kemudian mereka menggunakan tafsir sesuai pemaahaman sahabat, tabiiin, tabiut tabiin. Karena, menurutnya, hanya sahabat nabi yang lebih mengetahui Rasulullah ketika berdakwah.

“Karena kalau sahabat saja dikafirkan, lalu siapa referensi kita. Karena mereka yang melihat, melindungi dan selalu mengikuti dakwah Rasulullah,” .

Maka kaum muslimin saat ini seharusnya selalu diiringi kehidupannya dengan haus akan ilmu dan belajar dari ulama. Menilai saat ini ketika belajar dengan ulama kebanyakan kaum muslimin malah lebih banyak berkomentar daripada menjalani proses belajarnya.

Tugas seorang muslim adalah saling paham dan memahami. Jika tidak ada saling paham di antara kaum muslimin, maka harus ada sikap saling mengenal.

“Fiqih itu luas, yang sempit itu hati kita. Jika kita saling mengetahui fiqih, kenapa kita mendapati ikhwan dan akhwat pedas dalam berkomentar. Mungkin mereka belajar fiqhnya itu setengah setengah,”

Selain itu penyebab rusaknya ukhuwah adalah tidak adanya sikap berkomitmen dalam akhlak setelah selesai mengaji. Karena, seharusnya ilmu selalu beriringan dengan akhlak, begitu juga sebaliknya.

Selanjutnya, perusak ukhuwah Islam saat ini adalah fanatisme kelompok, yang mengira dan menganggap kelompok masing-masing adalah paling benar, dan mengklaim bahwa kelompok yang tidak sependapat dengannya adalah sesat.

Oleh karenanya,   terus mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar kaum muslimin. Karena, salah satu perkara besar salah satunya adalah ukhuwah.

“Kita tidak bisa menegakkan agama ini sendirian, maka mari bersama-sama,” .

No comments:

Post a Comment