Tuesday, 1 March 2022

Apakah Rasulullah SAW Melihat Allah SWT Saat Isra Miraj?


  
Rasulullah SAW Melihat Allah SWT Saat Isra Miraj?

Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT

Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT. Ilustrasi isra miraj
msmcgartland.pbworks.com
Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT. Ilustrasi isra miraj

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Apakah Rasulullah Muhammad SAW melihat Allah SWT saat peristiwa Isra dan Miraj? Persoalan ini pernah dibahas ulama klasik. 

  

Apakah Rasulullah SAW Melihat Allah SWT Saat Isra Miraj?

Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT

Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT. Ilustrasi isra miraj
msmcgartland.pbworks.com
Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT. Ilustrasi isra miraj
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Apakah Rasulullah Muhammad SAW melihat Allah SWT saat peristiwa Isra dan Miraj? Persoalan ini pernah dibahas ulama klasik. 



Tim peneliti Aswaja Center Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Ustadz Yusuf Suharto, menjelaskan  Allah SWT adalah Zat yang wujud, dan setiap yang wujud berkemungkinan bisa dilihat. Berikut in penjelasan Ustadz Yusuf Suharto, dalam keterangannya kepada Republika.co.id:  

Ru’yatullah (melihat Allah) adalah kategori hal yang mungkin terjadi menurut akal, baik di dunia maupun akhirat. Dalam hal ini Syekh Nawawi dalam Nur ad-Dhalam halaman 41 menyatakan: 

لأنّ اللهَ موْجودٌ وكلُّ موجودٍ يصِحّ أنْ يُرى  "Karena Allah itu adalah zat yang wujud. Dan tiap yang wujud itu sah-sah saja bisa dilihat." 

Melihat Allah di dunia hanya terjadi bagi Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa mikraj, dan tidak terjadi bagi siapapun selain beliau. Dalam hal ini Syekh Nawawi berkata: 

والرُّؤيةُ بِالعينِ في الدُّنيا يقَظةً مخْصوصةٌ به صلّى اللّه عليه وسلّم ولَمْ تَقعْ لِغيره "Melihat (Allah) dengan mata kepala di dunia secara sadar itu adalah kekhususan bagi Nabi Muhammad SAW, dan tidak pernah terjadi bagi selain beliau.” 

Adapun melihat Allah di akhirat adalah terjadi bagi kaum Muslimin, menurut ijmak para sahabat, dari pemahaman Alquran dan hadits. 

Banyak sekali karya para ulama yang menyatakan bahwa Rasulullah melihat Allah dalam peristiwa isra miraj. Di antara referensi yang menyebutkan demikian  adalah kitab Nur ad-Dhalam karya salah seorang mahaguru ulama Nusantara, Syekh Nawawi Banten. Pada halaman 40 Syekh Nawawi menulis: 

 حتّى وصَل اِلى مكانٍ تحتَ العرشِ ولمْ يُجاوزْه فَرأى ربَّه في هَذا المقامِ  "Sehingga beliau (Nabi Muhammad) sampai pada tempat di bawah Arsy, dan beliau tak melampauinya. Kemudian beliau melihat Tuhannya di tempat ini." 

Tempat yang dimaksud dalam teks ini adalah tempat pijak Rasulullah, dan bukan tempat Allah, karena sebagaimana dijelaskan susulan teks berikutnya bahwa Allah tak bertempat, dan tak berarah. 

Sama dengan "orang beriman melihat Allah di surga". Tentu maknanya bukan bahwa Allah bertempat di surga, melainkan bahwa "orang beriman melihat Allah di tempat pijak kaum beriman yaitu di surga".   

Allah adalah wujud tanpa...

Allah adalah wujud tanpa membutuhkan tempat, dan tanpa membutuhkan arah. Syekh Ibrahim Al-laqqani dalam nadzam Jauharat at-Tauhid menjelaskan: 

وَمِنْهُ اَنْ يُنظَرَ بِاْلاَبْصار#لَكِنْ بِلَا كَيْفٍ ولا انْحِصار * لِلمؤمنينَ اِذْ بِجائزْ عُلّقت#هَذا ولِلمُخْتار دُنْيًا ثبتَتْ 

“Termasuk perkara yang jaiz aqli (dimungkinkan oleh akal) adalah bahwa Dia (Allah) dapat dilihat dengan mata bagi orang beriman, akan tetapi hal itu dengan tanpa cara, dan tanpa batas. Hal ini (melihat Allah di dunia) dihubungkan dengan perkara yang jaiz. Pahamilah ini, dan melihat Allah di dunia itu berlaku bagi orang terpilih (Rasulullah). “

Berikut ini penjelasan Imam Nawawi sebagaimana dikutip dari Syarah Shahih Muslim:

فَالْحَاصِل أَنَّ الرَّاجِح عِنْد أَكْثَر الْعُلَمَاء : أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ بِعَيْنَيْ رَأْسه لَيْلَة الْإِسْرَاء لِحَدِيثِ اِبْن عَبَّاس وَغَيْره مِمَّا تَقَدَّمَ. وَإِثْبَات هَذَا لَا يَأْخُذُونَهُ إِلَّا بِالسَّمَاعِ مِنْ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا مِمَّا لَا يَنْبَغِي أَنْ يُتَشَكَّك فِيهِ

Kesimpulannya, bahwa pendapat yang kuat menurut mayoritas ulama adalah sesungguhnya Rasulullah Muhammad, melihat Tuhannya dengan dua mata kepala pada malam Isra berdasarkan hadits Ibnu Abbas dan lainnya seperti yang telah disampaikan. Dan mereka (mayoritas ulama)dalam menetapkan hal ini tiada lain kecuali berdasarkan (keterangan) yang didengar dari Rasulullah, ini merupakan hal yang tidak pantas untuk diragukan. 

Dalam pemahaman ulama Ahlussunnah wal Jamaah bahwa Allah dilihat  Rasulullah. Namun, ada perbedaan apakah Rasulullah melihat dengan hati atau kedua mata. 

Bagi yang meyakini Rasulullah melihat dengan hati, menyatakan bahwa pendapat yang kuat, Nabi Muhammad melihat zat Allah yang tidak menyerupai makhluk, dengan hatinya.

Allah memberikan kekuatan ke hati Nabi, sehingga bisa melihat Allah dengan hatinya, bukan dengan mata kepalanya. Pandangan ini adalah riwayat dari Abu Dzarr, Ibnu Abbas dan lainnya, dengan memakai dasar dari hadits-hadits dalam Shahih Muslim.  

Masing-masing pihak berlaku toleran terhadap pandangan yang berbeda, sehingga tak ada yang menyatakan bahwa yang berbeda divonis bid'ah apalagi sesat.  

Walau, berpijak pada teks dari Imam An-Nawawi di atas, dinyatakan bahwa pendapat yang rajih (kuat), dari pendapat kebanyakan ulama adalah bahwa Allah dilihat Nabi Muhammad dengan mata kepala. Wallu a’lam 

No comments:

Post a Comment