Sunday, 31 July 2022
Doa Nabi Ibrahim
ISTAWA BUKAN BERMAKSUD ALLAH MENETAP DI ATAS ARASY
6 Ayat Penyembuh dalam Al-Qur'an, Dibaca Secara Berurutan
Sunday, 24 July 2022
Memahami Syiar
Memahami Syiar
Syiar merupakan tanda, simbol, atau slogan islam yang tampak dari ibadah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Syi'ar mufrad, jamaknya adalah asy'irah atau sya'a-ir artinya adalah moto, lambang, tanda, merek, slogan, atau kain wol yang halus dan lembut yang dipakai di bawah selimut. Syiar menjadi simbol kemuliaan dan kebesaran Islam.
Syiar dengan arti slogan dipakai oleh orang-orang Arab dalam peperangan dan ketika bepergian. Arti slogan ini juga dipergunakan oleh Nabi SAW dalam beberapa hadis. Misalnya hadis yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi yang artinya, ''Syiar (slogan) orang mukmin pada Sirathal Mustaqim adalah, 'Ya Allah, selamatkan, selamatkan.' dan dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud yang artinya: ''Syiar (slogan) kami (dalam peperangan) adalah 'matikan, matikan'.
Dalam arti tanda pengenal, syiar disebut dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Dawud yang artinya: ''Syiar (tanda) kaum Muhajirin adalah Abdullah dan syiar kaum Anshar adalah Abdurrahman.'' Dalam arti pakaian yang langsung mengenai kulit badan di bawah selimut, syiar disebut dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari yang artinya: ''Orang-orang Anshar adalah syiar (kain halus penutup badan), sedangkan orang-orang lain adalah disar (selimut).''
Syiar dalam ibadah banyak berhubungan dengan manasik haji, yang berarti tanda-tanda atau tempat melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam Alquran, kata syiar tidak disebutkan. Yang disebutkan adalah padanannya yaitu sya'irah dan jamaknya sya'a-ir. Kata sya'a-ir Allah dalam Alquran pada umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan syiar-syiar Allah. Ayat-ayat Alquran yang menyebutkan sya'a-ir Allah (syiar-syiar Allah) adalah surat Al-Baqarah ayat 158, surat Al-Hajj ayat 32 dan 36 serta surat Al-Maidah ayat 2.
Abdullah Yusuf Ali (Bombay, India, 1289 H/1872 M-Lahore 1367 H/1948 M), seorang penerjemah Alquran ke dalam bahasa Inggris, dalam The Holy Quran menjelaskan bahwa sya'a-ir Allah merupakan simbol-simbol Allah SWT yang terdiri atas segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji, seperti: (1) tempat, yakni afa, Marwa, Ka'bah, Arfah dan sebagainya; (2) manasik dan ibadah wajib; (3) larangan-larangan, misalnya berburu dan (4) waktu dan musim pelaksanaan kewajiban haji.
Sedangkan dalam Alquran, syiar-syiar Allah SWT itu diartikan dengan (1) tanda-tanda atau tempat bertaat kepada Allah SWT dan (2) segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadah haji. Di kalangan umat Islam Indonesia, kata syiar juga sering dipakai dengan dihubungkan pada kata Islam, sehingga menjadi syiar Islam. Syiar Islam diartikan sebagai kemuliaan dan kebesaran.
Secara umum, syiar Islam merupakan tanda, simbol atau slogan Islam yang nampak dari ibadah yang dirayakan secara besar-besaran seperti shalat Idul Adha dan Idul Fitri di lapangan terbuka. Selain itu juga pada kegiatan ke-Islaman yang dilakukan masyarakat Islam seperti perayaan maulid Nabi Muhammad SAW dan perayaan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
disarikan dari buku Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve
Mengagungkan Syiar-syiar Islam
Abu Zulfa, Lc., M.A.
November 10, 2018
Mengagungkan syiar-syiar agama Allah adalah ibadah mulia yang membuktikan pengagungan seorang hamba terhadap Rabb-nya, menunjukkan cinta kepada-Nya, dan sebagai bukti nyata kesempurnaan takwa dalam hatinya. Syiar Allah berarti semua bentuk peribadatan yang disyariatkan Allah atas hamba- Nya, juga berarti semua simbol khusus yang menjadi ciri khas agama dan umat Islam. Secara global, pengagungan syiar agama Allah dapat diklasifikasikan ke dalam lima bagian, yaitu:
Pertama: Pengagungan perintah Allah & Rasul-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman: ذَلِكَ وَمَنْ یُعَظ ِّمْ شَعَائِرَ الله َِّ فَإِنَّھَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ “Demikianlah (perintah Allah). Dan siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).
Pengagungan perintah Allah meliputi semua rukun Iman dan rukun Islam, Ibadah wajib dan sunnah, serta semua amal saleh yang dianjurkan dalam syariat. Pengagungan ini direalisasikan dengan mencintai segala perintah Allah dan Rasul-Nya dalam hati, kemudian berusaha semaksimal mungkin melaksanakannya dengan sempurna, dengan penuh keikhlasan dan sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Perintah yang paling agung adalah tauhid, yakni mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam niat, segala perbuatan dan perkataan. Karena itu, penyucian akidah dan ibadah dari segala bentuk kesyirikan adalah pengagungan yang paling tinggi dan mulia.
Kedua: Pengagungan perkara yang diharamkan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: یَا أَیھَا الذِینَ آمَنُوا لاَ تُحِلُّوا شَعَائِرَ الله َِّ وَلاَ الشھْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْھَدْيَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلاَ آمینَ الْبَیْتَ الْحَرَامَ یَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنْ رَبھِمْ وَرِضْوَانً
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang- binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Baca Juga Masihkah Kita Membutuhkan “Bid’ah Hasanah?” (Bag. 2)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: ذَلِكَ وَمَنْ یُعَظِّمْ حُرُمَاتِ الله َِّ فَھُوَ خَیْرٌ لَھُم عِنْدَ رَبِّهِم ”Demikianlah (perintah Allah). Dan siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Hajj: 30).
Sumber: https://markazinayah.com/mengagungkan-syiar-syiar-islam/ | Markaz Inayah
Saturday, 23 July 2022
Doa pelaris
Thursday, 21 July 2022
Ridha Menjadikan Allah Sebagai Tuhannya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam Sebagai Nabinya Dan Islam Sebagai Agamanya
Ridha Menjadikan Allah Sebagai Tuhannya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam Sebagai Nabinya Dan Islam Sebagai Agamanya
Buah Dari Mengucapkan Dzikir Ini
Adapun buah dari Ridha terhadap tiga hal di atas, adalah sebagai berikut:
1. Akan mendapatkan manisnya iman, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"ذاق طعم الإيمان من رضي بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد صلى الله عليه وسلم رسولاً".
"Akan merasakan kelezatan iman orang yang ridha menjadikan Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya."
Dan barangsiapa yang mendapatkan rasa manis tersebut, niscaya rintangan-rintangan dan masalah-masalah duniawi tidak akan menyulitkan dan menyusahkan hidupnya.
2. Diampuni dosa seseorang yang rutin membacanya setelah mendengar adzan, sebagaimana hadits dalam Shahih Muslim, dari Shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"من قال حين يسمع المؤذن: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله. رضيت بالله ربا وبمحمد رسولا وبالإسلام دينا، غفر له ذنبه"
"Barangsiapa yang ketika mendengar adzan membaca do'a berikut ini, maka ia akan diampuni dosanya:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا
3. Menjadikan orang yang mengucapkannya masuk ke dalam Surga, sebagaimana hadits yang diriwayatkan dalam hadits Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu di atas.
4. Mendapatkan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari Kiamat, sebagaimana hadits dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, pembantu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"من قال حين يمسي: رضيت بالله رباً، وبالإسلام ديناً، وبمحمد نبياً، كان حقا على الله أن يرضيه"
"Barangsiapa yang ketika memasuki sore hari mengucapkan: رضيت بالله رباً، وبالإسلام ديناً، وبمحمد نبياً maka ia berhak untuk diridhai oleh Allah."
Hadits ini telah dihasankan oleh sejumlah ulama, dan Syaikh al-Albani rahimahullah menyatkannya dha'if (lemah)sebagaimana dalam Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah (11/33 no 5020), dan beliau rahimahullah mengkritisi para ulama yang menyatakan bahwa hadits tersebut hasan, namun hadits yang seperti ini adalah di antara hadits yang diamalkan/dipakai dalam masalah Fadha'il A'mal. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Mahamemiliki karunia yang agung.
Hadits ini sekalipun dha'if(lemah) menurut sebagian ulama, namun maknanya shahih, karena orang yang telah diampuni dosanya dan dimasukkan ke dalam Surga tentu saja ia telah mendapatkan keridhaan dari Allah. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan banyak ayat bahwa Dia Subhanahu wa Ta'ala telah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya.
5. Akan termasuk orang yang mendapatkan kemuliaan di hari Kiamat, karena ia dijamin dan akan dituntun oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga masuk ke dalam Surga. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"من قال إذا أصبح: رضيت بالله رباً، و بالإسلام ديناً، وبمحمد نبياً، فأنا الزعيم لآخذنَّ بيده حتى أدخله الجنة"، حجر فيما
"Barangsiapa yang di pagi hari mengucapkan رضيت بالله رباً، و بالإسلام ديناً، وبمحمد نبياً , maka aku menjamin untuk mengambil tangannya (menuntunnya), hingga aku memasukkannya ke dalam Surga." (Hadits ini dibawakan oleh imam al-Munziri dalam at-Targhib wat Tarhiib dengan sanad hasan dan dimasukkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah ke dalam Silsilah ash-Shahihah)
Maka sungguh besar faidah dan balasan yang akan didapatkan oleh seseorang jika membaca do'a atau dzikir ini. Namun tentunya yang harus diperhatikan adalah bahwa balasan tersebut tidak diberikan hanya dengan sekedar membacanya saja, akan tetapi balasan dan faidah tersebut akan diberikan bagi yang memenuhi syaratnya, yaitu beramal dengan konsekuensinya sebagaimana juga balasan terhadap orang yang mengucapkan لا إله إلاّ الله , maka balasan tersebut akan diberikan kepada orang yang mengucapkannya, dan merealisasikan konsekwensinya.
Dan sebelum itu semua, ia akan mendapatkan kemantapan dan kekokohan dalam hidup ini, dan juga di alam kubur ketika ditanya oleh Malaikat. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memberikan ilham kepada kita untuk mengucapkannya dan untuk memudahkan kita untuk merealisasikan konsekuensinya, dan agar Dia Subhanahu wa Ta'ala memberikan kemantapan kepada kami dan anda sekalian dengan al-Qaulu ats-Tsabit di Dunia dan Akhirat.
Baca ayat ini bila mulai ucapan
Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya.
Wednesday, 20 July 2022
petua sakit kepala
Doa untuk yang tak dapat tidur
Doa penurun panas demam
Keluarkan shaitan/iblis Dari badan sendiri
Tuesday, 19 July 2022
Orang2 yang tak mengerti tak sama dengan orang yang faham
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمْ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” [Quran An-Nisa: 83].
Adapun kalau terkait masalah pribadi, seseorang bisa langsung bertanya kepada ulama tentang urusan yang mereka bingungkan. Banyaklah bertanya agar tidak bingung. Dan bagi orang-orang yang ditanyai, hendaknya mereka berhati-hati dan bertakwa kepada Allah. Karena mereka akan dimintai pertanggung-jawaban di hadapan Allah kelak. Karena mereka berfatwa tentang hokum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, mereka wajib memiliki ilmu dan niat yang baik. Jangan mereka memberi jawaban berdasarkan anggapan baik. Karena hal ini termasuk berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu. Dan ini merupakan dosa yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّي الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. [Quran Al-A’raf: 33].
Allah menjadikan dosa berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu di atas dosa syirik.
Seorang muslilah harus mengetahui firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمْ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ* مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.” [Quran An-Nahl: 116-117]
Permasalahan fatwa adalah permasalahan berat. Sampai-sampai salah seorang salaf mengatakan, “Yang paling tergesa-tegesa berfatwa di antara kalian adalah yang paling cepat ke neraka.” Para salaf dahulu saling tunjuk dalam permasalahan fatwa. Mereka saling menyerahkan pertanyaan pada yang lain. Padahal ilmu mereka luas. Sekarang sebaliknya, terkadang sebagian orang masih pemula. Masih belajar ilmu mendasar. Tapi ia Bermudah-mudahan dalam berfatwa. Bahkan saling berlomba. Tanpa rasa takut kepada Allah. Ini termasuk memasuki ranah yang ia belum layak berada di situ. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فمِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak layak untuknya.”
Permasalahan agama adalah permasalahan besar. Karena menyangkut halal dan haram. Karena itu, bagi siapapun tak layak meremehkan permasalahan agama ini. Jangan bermudah-mudah dalam menjawab pertanyaan. Apalagi ia adalah orang awam. Permasalahan penghalalan dan pengharaman adalah hak Allah. Jangan sampai ia mengambil hak Allah dalam urusan ini. Kalau seseorang memiliki ilmu berdasarkan Alquran dan sunnah, maka ia boleh menjawab sesuai dengan pengetahuannya. Ketahuilah, mengatakan tidak tahu itu lebih selamat. Dan tidak mengurangi kedudukannya.
Demikian juga apabila seseorang merasa belum menguasai permasalahan secara utuh, jangan tergesa-gesa menjawab. Kuasai terlebih dahulu. Cek lagi permasalahan tersebut. Kemudian baru memberi jawaban. Wajib bagi seseorang untuk berhati-hati dalam permasalahan ini. Terlebih di zaman sekarang yang muncul pernyataan-pernyataan aneh.
Wajid mengikut panduan Ulama
Allah Jalla wa ‘Ala tidak meninggalkan kita terlantar tanpa bimbingan. Dia mengirim untuk manusia para utusan dan menurunkan untuk mereka kitab-kitab. Dan tugas para ulama adalah menjelaskan pada masyarakat.
Permasalahan agama ini berat. Kalau tahu jangan disembunyikan. Kalau tidak tahu jangan berbicara. Jangan memberi komentar. Jangan menjawab pertanyaan. Jangan menilai suatu permasalahan. Kecuali Anda memiliki ilmu tentang hal itu.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: (وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمْ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ* مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.” [Quran An-Nahl: 116-117].
Usir Jin Syaitan Iblis
Sunday, 17 July 2022
Doa semboh penyakit
Friday, 15 July 2022
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
QS. Az-Zumar Ayat 53
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
53. Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang