Memahami Syiar
Syiar merupakan tanda, simbol, atau slogan islam yang tampak dari ibadah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Syi'ar mufrad, jamaknya adalah asy'irah atau sya'a-ir artinya adalah moto, lambang, tanda, merek, slogan, atau kain wol yang halus dan lembut yang dipakai di bawah selimut. Syiar menjadi simbol kemuliaan dan kebesaran Islam.
Syiar dengan arti slogan dipakai oleh orang-orang Arab dalam peperangan dan ketika bepergian. Arti slogan ini juga dipergunakan oleh Nabi SAW dalam beberapa hadis. Misalnya hadis yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi yang artinya, ''Syiar (slogan) orang mukmin pada Sirathal Mustaqim adalah, 'Ya Allah, selamatkan, selamatkan.' dan dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud yang artinya: ''Syiar (slogan) kami (dalam peperangan) adalah 'matikan, matikan'.
Dalam arti tanda pengenal, syiar disebut dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Dawud yang artinya: ''Syiar (tanda) kaum Muhajirin adalah Abdullah dan syiar kaum Anshar adalah Abdurrahman.'' Dalam arti pakaian yang langsung mengenai kulit badan di bawah selimut, syiar disebut dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari yang artinya: ''Orang-orang Anshar adalah syiar (kain halus penutup badan), sedangkan orang-orang lain adalah disar (selimut).''
Syiar dalam ibadah banyak berhubungan dengan manasik haji, yang berarti tanda-tanda atau tempat melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam Alquran, kata syiar tidak disebutkan. Yang disebutkan adalah padanannya yaitu sya'irah dan jamaknya sya'a-ir. Kata sya'a-ir Allah dalam Alquran pada umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan syiar-syiar Allah. Ayat-ayat Alquran yang menyebutkan sya'a-ir Allah (syiar-syiar Allah) adalah surat Al-Baqarah ayat 158, surat Al-Hajj ayat 32 dan 36 serta surat Al-Maidah ayat 2.
Abdullah Yusuf Ali (Bombay, India, 1289 H/1872 M-Lahore 1367 H/1948 M), seorang penerjemah Alquran ke dalam bahasa Inggris, dalam The Holy Quran menjelaskan bahwa sya'a-ir Allah merupakan simbol-simbol Allah SWT yang terdiri atas segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji, seperti: (1) tempat, yakni afa, Marwa, Ka'bah, Arfah dan sebagainya; (2) manasik dan ibadah wajib; (3) larangan-larangan, misalnya berburu dan (4) waktu dan musim pelaksanaan kewajiban haji.
Sedangkan dalam Alquran, syiar-syiar Allah SWT itu diartikan dengan (1) tanda-tanda atau tempat bertaat kepada Allah SWT dan (2) segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadah haji. Di kalangan umat Islam Indonesia, kata syiar juga sering dipakai dengan dihubungkan pada kata Islam, sehingga menjadi syiar Islam. Syiar Islam diartikan sebagai kemuliaan dan kebesaran.
Secara umum, syiar Islam merupakan tanda, simbol atau slogan Islam yang nampak dari ibadah yang dirayakan secara besar-besaran seperti shalat Idul Adha dan Idul Fitri di lapangan terbuka. Selain itu juga pada kegiatan ke-Islaman yang dilakukan masyarakat Islam seperti perayaan maulid Nabi Muhammad SAW dan perayaan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
disarikan dari buku Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve
Mengagungkan Syiar-syiar Islam
Abu Zulfa, Lc., M.A.
November 10, 2018
Mengagungkan syiar-syiar agama Allah adalah ibadah mulia yang membuktikan pengagungan seorang hamba terhadap Rabb-nya, menunjukkan cinta kepada-Nya, dan sebagai bukti nyata kesempurnaan takwa dalam hatinya. Syiar Allah berarti semua bentuk peribadatan yang disyariatkan Allah atas hamba- Nya, juga berarti semua simbol khusus yang menjadi ciri khas agama dan umat Islam. Secara global, pengagungan syiar agama Allah dapat diklasifikasikan ke dalam lima bagian, yaitu:
Pertama: Pengagungan perintah Allah & Rasul-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman: ذَلِكَ وَمَنْ یُعَظ ِّمْ شَعَائِرَ الله َِّ فَإِنَّھَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ “Demikianlah (perintah Allah). Dan siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).
Pengagungan perintah Allah meliputi semua rukun Iman dan rukun Islam, Ibadah wajib dan sunnah, serta semua amal saleh yang dianjurkan dalam syariat. Pengagungan ini direalisasikan dengan mencintai segala perintah Allah dan Rasul-Nya dalam hati, kemudian berusaha semaksimal mungkin melaksanakannya dengan sempurna, dengan penuh keikhlasan dan sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Perintah yang paling agung adalah tauhid, yakni mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam niat, segala perbuatan dan perkataan. Karena itu, penyucian akidah dan ibadah dari segala bentuk kesyirikan adalah pengagungan yang paling tinggi dan mulia.
Kedua: Pengagungan perkara yang diharamkan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: یَا أَیھَا الذِینَ آمَنُوا لاَ تُحِلُّوا شَعَائِرَ الله َِّ وَلاَ الشھْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْھَدْيَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلاَ آمینَ الْبَیْتَ الْحَرَامَ یَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنْ رَبھِمْ وَرِضْوَانً
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang- binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Baca Juga Masihkah Kita Membutuhkan “Bid’ah Hasanah?” (Bag. 2)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: ذَلِكَ وَمَنْ یُعَظِّمْ حُرُمَاتِ الله َِّ فَھُوَ خَیْرٌ لَھُم عِنْدَ رَبِّهِم ”Demikianlah (perintah Allah). Dan siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Hajj: 30).
Sumber: https://markazinayah.com/mengagungkan-syiar-syiar-islam/ | Markaz Inayah
No comments:
Post a Comment