Suatu ketika Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda kepada sahabatnya Abu Dzar al Ghifari RA: “Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika engkau menjumpai para pembesar yang mengambil harta perbendaharaan untuk keperluan peribadinya.”
Dengan tegas Abu Dzar menjawab: “Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, aku akan luruskan mereka dengan pedangku!”
Baginda Nabi tersenyum, kemudian bersabda, “Mahukah aku beri jalan yang lebih baik dari itu…” Abu Dzar mengangguk,
Nabi SAW bersabda, “Bersabarlah engkau, sampai engkau menemui aku…!!”
Setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab r.a sedikit demi sedikit fitnah duniawi menjalari umat Islam setelah wilayah Islam makin luas dan harta kekayaan melimpah ruah.
Gaya hidup Romawi dan Parsi sedikit demi sedikit dipakai oleh para penguasa muslim.
Jurang pemisah antara kaum fakir miskin dan penguasa atau hartawan mulai terbentuk.
Pada keadaan seperti inilah jiwa Abu Dzar terusik lalu Abu Dzar menerawang jauh ke belakang, teringat akan waktu bersama Nabi SAW dan apa yang beliau sabdakan tentang dirinya.
Beliau sudah mewasiatkan dirinya untuk bersabar dan tidak menggunakan pedangnya. Tetapi jiwa perjuangan untuk menegakkan kebenaran seakan tidak bisa terbendung.
“Nabi SAW melarang aku untuk meluruskan mereka dengan pedang, tetapi beliau tidak pernah melarang untuk meluruskan dengan lidah dan nasihat,” begitu fikirnya.
Maka bermulalah perjuangan Abu Dzar mendatangi pusat-pusat kekuasaan dan kekayaan, para penguasa dan hartawan, khususnya yang tidak lagi meneladani Nabi SAW dalam amanat harta dan jabatan.
No comments:
Post a Comment