Sunday 22 November 2015

Tafsir Al ‘Aliyu (salah satu sifat Allah dalam Asmaul Husna)

Tafsir Al ‘Aliyu dalam beberapa kitab Tafsir (salah satu sifat Allah dalam Asmaul Husna)

Diposting oleh ali zaenal pada 16:29, 25-Des-13

Tafsir Al ‘Aliy dalam beberapa kitab Tafsir 

 Tafsir Al Khozin:

{ وهو العلي } أي الرفيع فوق خلقه الذي ليس فوقه شيء فيما يجب له أن يوصف به من معاني الجلال والكمال فهو العلي بالإطلاق المتعالي عن الأشباه والأنداد والأضداد وقيل العلي بالملك والسلطنة والقهر فلا أعلى منه

{ وهو العلي }

“Maksudnya tinggi diatas MahluqNya yang tiada sesuatupun melampauiNya dalam pengertian sebagaimana Allah wajib di shifati dengan Shifat-Shifat yang mengandung KeAgungan dan Kesempurnaan (Maha Luhur). Maka Ia Tinggi dengan ketinggian yg muthlaq (tidak berubah/pasti), Maha Tinggi dari penyerupaan, bilangan, dan kontradiksi . Dan ada yang mengatakan Tinggi dalam pengertian  Mulki (monarsi/kekuasaan) dan  Sulthonah (KepemerintahaNya/KerajaaNy) dan  Qohru (Kekuasaan yang tidak dapat di rubah atau di bantah), maka tidak ada satupun yang lebih tinggi dariNya”

Al Mawardi:

{ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ } في العلي تأويلان :

أحدهما : العلي بالاقتدار ونفوذ السلطان .

والثاني : العلي عن الأشباه والأمثال .

وفي الفرق بين العلي والعالي ، وجهان محتملان :

أحدهما : أن العالي هو الموجود في محل العلو ، والعلي هو مستحق العلو .

والثاني : أن العالي هو الذي يجوز أن يُشَارَكَ في علوه ، والعلي هو الذي لا يجوز أن يُشَارَكَ في علوه ، فعلى هذا الوجه ، يجوز أن نصف الله بالعليّ ، ولا يجوز أن نصفه بالعالي ، وعلى الوجه الأول يجوز أن نصفه بهما جميعاً .

 

“[Wahuwa al ‘Aliyyu al ‘Adhim] (Dan Dia Maha Tinggi dan Agung) dalam Ketinggian ini terdapar dua Takwil:

1.      Tinggi dengan kemampuan dan pelaksaan kekuasaan
2.      Tinggi dari penyerupaan dan percontohan”
Adapaun perbedaan Lafadh Al ‘Aaliyyu (dengan alif di belakang ‘ain) dan Al ‘Aliyyu (dengan ‘ain pendek atau tidak memakai alif dibelakang ‘ain) itu mengandung pengertian dua segi:

1.      Lafadh Al ‘Aaliyyu (dengan alif di belakang ‘ain) ialah yang Wujud di ketinggian, adapaun Al ‘Aliyyu (dengan ‘ain pendek atau tidak memakai alif dibelakang ‘ain) ialah Dzat Menghaki sifat keluhuran.
2.      Lafadh Al ‘Aaliyyu (dengan alif di belakang ‘ain)  ialah  Orang/Sesuatu yang mungkin tersaingi dalam ketinggiannya, dan Al ‘Aliyyu (dengan ‘ain pendek atau tidak memakai alif dibelakang ‘ain) ialah Dzat yang tidak mungkin tersaingi KetinggianNya, maka berdasarkan arti dalam segi ini, Allah boleh/Mungkin bisa Kita  shifati dengan “Al ‘Aliyyu” dan tidak mungkin Kita sifati dengan “Al ‘Aaliyyu”, dan atas dasar segi pengertian yang pertama tadi, Allah Mungkin/bisa kita sifati dengan keduanya (Al ‘Aliyyu dan Al ‘Aaliyyu)”.
 

Tafsir Al Rozy:

{ وَهُوَ العلى العظيم } واعلم أنه لا يجوز أن يكون المراد منه العلو بالجهة

وقد دللنا على ذلك بوجوه كثيرة ، ونزيد هاهنا وجهين آخرين الأول : أنه لو كان علوه بسبب المكان ، لكان لا يخلو إما أن يكون متناهياً في جهة فوق ، أو غير متناه في تلك الجهة ، والأول باطل لأنه إذا كان متناهياً في جهة فوق ، كان الجزء المفروض فوقه أعلى منه ، فلا يكون هو أعلى من كل ما عداه ، بل يكون غيره أعلى منه ، وإن كان غير متناه فهذا محال ، لأن القول بإثبات بعد لا نهاية له باطل بالبراهين اليقينية ، وأيضاً فإنا إذا قدرنا بعداً لا نهاية له ، لافترض في ذلك البعد نقط غير متناهية ، فلا يخلو إما أن يحصل في تلك النقط نقطة واحدة لا يفترض فوقها نقطة أخرى ، وإما أن لا يحصل ، فإن كان الأول كانت النقطة طرفاً لذلك البعد ، فيكون ذلك البعد متناهياً ، وقد فرضناه غير متناه . هذا خلف ، وإن لم يوجد فيها نقطة إلا وفوقها نقطة أخرى كان كل واحدة من تلك النقط المفترضة في ذلك البعد سفلاً ، ولا يكون فيها ما يكون فوقاً على الاطلاق ، فحينئذ لا يكون لشيء من النفقات المفترضة في ذلك البعد علو مطلق ألبتة وذلك ينفي صفة العلوية .

 

” (Wahuwa al ‘Aliyyu al ‘Adhim) dan ketahuilah bahwa sesungguhnya  tidak di perbolehkan apa yang di maksud Tinggi/Atas itu adalah ketinggian dalam bentuk Arah, dan saya telah memberikan dalil hal itu dg berbagai segi, dan saya berkenen menambahkan dalil2 itu dari dua segi:

 

1.      Sesungguhnya andai “AtasNya” itu di sebabkan tempat, maka musti Allah kedatangan sifat bisa saja  terbatasi (tutuk dalam bahasa jawa / bertepi / berujung pent) dalam arah atas, atau bisa juga tidak terbatasi oleh arah atas. Pengandaian yang pertama jelas batal, sbb ketika Allah terbatasi oleh arah atas, maka apa yg di tetapkan (di ciptakan/putuskan) untuk di buat di atasNya akan menjadi lebih tinggi dariNya, maka Allah tidak lagi Yang paling tinggi dari selainNya, malah sebaliknya, yaitu ada sesuatu yang lebih tinggi dariNya.  Dan jika dikatakan arah atasNya Allah itu tidak terbatas/ berujung/ bertepi, maka perkataan yang menetapkan arah atas yang tidak berujung itu tidak masuk akal. dan juga jika dikatan bahwa arah yang menunjukkan sesuatu yang jauh itu tidak ada batasnya, maka konsekuensi logisnya adalah ada titik tanpa batas dalam arah “jauh” tersebut; maka bisa jadi dalam titik tersebut hanya ada satu titik, atau lebih dari satu titik. Jika kemungkinan pertama yang terjadi maka titik tersebut merupan bagian dari arah “jauh” tersebut, dengan demikian maka arah tersebut berujung, dan hal tersebut berlawanan dengan apa yang kita hipotesakan bahwa arah tersebut tidak berujung”
الحجة الثانية : أن العالم كرة ، ومتى كان الأمر كذلك فكل جانب يفرض علواً بالنسبة إلى أحد وجهي الأرض يكون سفلاً بالنسبة إلى الوجه الثاني ، فينقلب غاية العلو غاية السفل .

 

2.     ” Sesungguhnya Alam itu bulat/bundar, dan jika demikian maka setiap apa yang ditetapkan oleh orang pada sebagai arah atas, maka arah itu menjadi arah bawah menurut orang yang di belahan alam lain, maka terjadilah kebalikan ujung atas menjadi ujung bawah”.
 

 

 الحجة الثالثة : أن كل وصف يكون ثبوته لأحد الأمرين بذاته ، وللآخر بتبعية الأول كان ذلك الحكم في الذاتي أتم وأكمل ، وفي العرضي أقل وأضعف ، فلو كان علو الله تعالى بسبب المكان لكان علو المكان الذي بسببه حصل هذا العلو لله تعالى صفة ذاتية ، ولكان حصول هذا العلو لله تعالى حصولاً بتبعية حصوله في المكان ، فكان علو المكان أتم وأكمل من علو ذات الله تعالى ، فيكون علو الله ناقصاً وعلو غيره كاملاً وذلك محال ، فهذه الوجوه قاطعة في أن علو الله تعالى يمتنع أن يكون بالجهة

3.      “Sesungguhnya jika ada sifat  yang bisa tetap berada dalm salah satu diantara dua Perkara itu bersifat Dzatiyyah (A= tempat dan B= Yang menempati tempat, pent), kemudian yg selainnya (B) adalah mengikuti sifat yang pertama (A), (mengikuti tetapnya sifat yg ada padanya, pent), maka hukum sifat yang pertama (A) berarti lebih sempurna Dzatnya, dan apa yang terdapat pada yg arodhy (B), ( yg tetapnya sifat sebab ikut pada yg pertama ) adalah lebih sedikit dan lemah,, jikalau ketinggian Allah adalah sebab adanya tempat , niscaya ketinggian tempat yg menjadi sebab ketinggian Allah adalah sifat dzatiyah ( sifat yg inheren dalam dirinya sendiri bukan krena ikut yg lain ) , maka adanya sifat ketinggian bagi Allah adalah karena ikut adanya ketinggian tempat , konsekuensinya ketinggian tempat itu lebih sempurna dari ketinggian Allah , dan ketinggian Allah bersifat naqis ( tidak sempurnya ) dan selainnya ( tempat ) bersifat sempurna dan hal demikian adalah mustahil , maka hal ini menjadi kepastian bahwa Allah tidak berada pada suatu arah”
 

Tafsir Al Alusi:

{ وَهُوَ العلى } أي المتعالي عن الأشباه والأنداد والأمثال . والأضداد وعن أمارات النقص ودلالات الحدوث ، وقيل : هو من العلو الذي هو بمعنى القدرة والسلطان والملك وعلو الشأن والقهر والاعتلاء والجلال والكبرياء

“[Dan Dia Maha Tinggi] artinya Maha Tinggi (luarbiasa) dari penyerupaan, sepadan, perumpamaan, bilangan, tanda tanda kekurangan, dan menunjukkan kebaharuan. Dan dikatakan arti Tinggi itu adalah dari kata ketinggian yg mempunyai arti kekuasaan, penguasaan, kerajaan, dan Ketinggian urusan, penaklukan, keluhuran, keagungan dan kebesaran”.

Tafsir Al Baghowi:

{ وَهُوَ الْعَلِيُّ } الرفيع فوق خلقه والمتعالى عن الأشياء والأنداد، وقيل العلي بالملك والسلطنة

“ [dan Dia Maha Tinggi] Luhur di atas MahluqNya dan Maha tinggi  dari sesuatu dan Maha Tinggi dari penyepadanan, dan dikatakan  Tinggi dengan Kekuasaan dan Penguasaan”

Tafsir Al Thobari:

وأما تأويل قوله:”وهو العلي” فإنه يعني: والله العلي.

* * *

و”العلي”"الفعيل” من قولك:”علا يعلو علوا”، إذا ارتفع،”فهو عال وعلي”،”والعلي” ذو العلو والارتفاع على خلقه بقدرته.

“Adapun Takwil Sabda Allah [Dan Dia Maha Tinggi] maka sesungguhnya yang di Maksud adalah Allah itu Tinggi, dan Al ‘Aliyyu itu sepadan dengan Kalimat Al Fa,ilun (Kalimat itu mengikuti wazan Fa,iilun, dalam hal ini jika di bahas detail dalam bab Shorof, maka akan sangat panjang sekali, pent) dari tashrif anda ‘ALA _ YA’LUU _ ‘ULUWWAN, IDZA IRTAFA’A ( Tinggi ketika menaik) maka bias menjadi ‘Aalin dan juga bias ‘Aliyyun (Ini berbicara tentang perubahan susunan kalimat dari kata kerja menjadi kata benda dll, pent), adapaun yang di maksud [Al ‘Aliyyu] itu Dzat Yang mempunyai Keluhuran dan Ketinggian di atas MahluqNya dengan KEKUASAANNYA”

 Tafsir Al Bahru Al Muhith:

{ وهو العلي العظيم } عليّ في جلاله ، عظيم في سلطانه . وقال ابن عباس : الذي كمل في عظمته ، وقيل : العظيم المعظّم

“[ dan Dia Maha Tinggi/Luhur] Tinggi dalam KemulianNya Agung dalam PenguasaanNya, dan berkata Ibnu ‘Abbas: yaitu Dzat Yang Sempurna dalam KeAgunganNya, dan di katakana Yang Agung dan di Agungkan”

Tafsir Tanwir Al Miqbas :

{ وَهُوَ العلي } أعلى من كل شيء { العظيم } أعظم من كل شيء

‘’[dan Dia Maha Tinggi] lebih tinggi dari segala sesuatu [dan Maha Agung] lebih Agung dari segala sesuatu”

 
Tafsir Al Muharror Al Wajiz:

و { العلي } : يراد به علو القدر والمنزلة لا علو المكان ، لأن الله منزه عن التحيز ، وحكى الطبري عن قوم أنهم قالوا : هو العلي عن خلقه بارتفاع مكانه عن أماكن خلقه .

قال القاضي أبو محمد عبد الحق رضي الله عنه : وهذا قول جهلة مجسمين ،

 

“[Maha Tinggi] kalimat yang di maksud dengan itu adalah ketinggian Derajat dan kedudukan, tidak dalam arti ketinggian tempat, sebab Allah Maha Suci dari kecendrungan (arti singkatnya membutuhkan tempat sebagai tempat berdiamnya Dzat), dan Al Thobari menceritakan ada Kaum yang mengatakan: Yang di maksud tinggi itu adalah Tinggi dari MahluqNya dengan Meningginya tempat Allah dari tempat MahluqNya, Al-Qodhi Abu Muhammad ‘Abdul Haq semoga Allah Meridhoinya mengatakan: Perkataan seperti ini adalah perkataan Orang2 Mujassim yang bodoh”

ASMA UL HUSNA

Asmaul Husna Beserta pengertiannya

ASMAUL HUSNA 
Artinya nama-nama yang baik ,nama-nama yang bagus untuk Allah.Jumlahnya ada 99 nama. Di bawah ini akan di terangkan maksud atau pengertian yang terkandung di masing-masing nama.Dalam hadis Gharib/Hasan yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan ibnu Hibban ,99 nama allah,adalah sebagai berikut:

(1)ALLAH 
 Diantara  nama-nama yang berjumlah 99 atau lebih itu,ALLAH inilah yang paling banyak tersebut di dalam kitab suci al -Quran.Dikatakan bahwa allah mempunyai arti yang terkandung dalam seluruh nama-nama Allah (asmaul husna).Yaitu tuhan tidak ada tuhan selai Ia,dengan semua sifatnya yang terkandung di dalam setiap masing-masing namanya:Tidak ada yang patut disembah,dipuji,di taati selain hanya Allah:Tidak ada yang benar-benar berkuasa ,selainhanya Ia,tidak ada yang benar-benar tinggi selain hanya Ia,tidak ada yang benar-benar pengasih dan penyayang dan pemurah selain hanya Ia.

(2)AR-RAHMAN (3) AR-RAHIIM
Ar-rahman mengandung arti yang memberikan rahmat kepada seluruh makhlukNya dengan tidak pilih kasih,dengan tidak membedakaan antara makhluk yang berakal atau tidak,yang iman atau yang kafir.tetapi rahmat yang di kasihkan ialah rahmat yang kecil,seperti hidup,kesehatan,kekayaan,dan lain -lain.

(3) AR-RAHIIM
Ar-Rahiim berarti allah memberikan rahmat-rahmat besar,rahmat yang tidak ternilai dengan seluruh harta dan kekayaan,rahmat yang kekal dan abadi,bukan rahmat yang kecil melainkan rahmat yang agung berupa keimanan atau agama yang benar,ilmu yang benar berupakan jalan yang lurus (Shiratal Mustaqim),perasaan bahagia yang sumbernya dari iman,perasaan cinta tehadap allah,rasul-rasul,dan ajaran-ajarannya,dan rahmat yang paling besar yaitu syurga jannatun Na`iim dan lain-lain rahmat besar yang abadi dalam kehidupan akhirat.

(4)AL-MALIK
Berarti yang memiliki segala-segalanya.Memiliki dengan pengertian milik 100% bukan karena di beli atau mendapat hadiah,tetapi di ciptakanNya,dikendalikanNya,di aturNya segala yang ada yang ada atau alam ini seluruh,menurut sekedakNya ,memiliki segala-segalanya.

(5)AL-QUDDUS
Berarti ALLAH bersih dari  segala sifat kekurangan.

(6)AS-SALAAM
 Berarti Allah lah yang memegang keselamatan seluruh alam atau yang menyelamatkan alam ini seluruhnya.Dan berarti Ia sendiri selamat  dari segala cacat atau kekurangan.

(7)AL-MU`MIN
Mempunyai 2 arti :yaitu mempercayai dan mengamankan.Berarti ALLAH mempercayai akan semua Rasul-rasulNya,Dan berarti Allah yang mengamankan seluruh makhlukNya dari segala bahaya dan kerusakan.

(8)AL-MUHAIMIN
Berarti :Ia mengamati-amati segala  makhluk Nya dengan pengamatan yang sangat teliti sekali,Dan berarti  pula Allah memelihara makhluknya dengan sangat teliti sekali,tanpa pemeliharaan Allah ,mustahil  alam ini akan berdiri lama.

(9)AL -AZIZ
Yang gagah perkasa ,dapat menaklukkan apa dan siapapun,termasuk memusnakan alam seluruhnya.

(10)AL-JABAAR
Yang sanggup memaksa makhlukNya menurut kehendak (kemauan)Nya.

(11)AL-MUTAKABBIR
Berarti Allah mempunyai macam kekuasaan ,kebesaran,dan kesombongan,hanya Allah saja yang berhak untuk bersombong diri,Sebab allah sangat murka terhadap manusia yang sombong sebab hanya Allah saja yang pantas bersombong diri.

(12)AL-KHAALIQ
Berarti yang mencipta .Segala yang ada ini sebelumnya tidak ada ,dan Ia lah yang mengadakan atau menciptakan segala yang ada ini.Manusia bagaimana juga pintarnya ,tidak sanggup menciptakan suatu yang tidak ada menjadi ada .

(13)AL-BAARI`
Yang merencanakan segala sesuatu sebelum menciptakaannya,Allah merencanakan dan pelaksana segala kejadian apa saja.

(14)AL-MUSHAWWIR
Yang menciptakan segala bentuk dan rupa .Yang menentukan bentuk langit dan bumi ,bentuk manusia , binatang dan lain -lain.Semua bentuk yang di ciptakan allah itu indah,sehingga kita tak bosan melihatnya.

(15)AL-GHAFFAAR
Artinya yang amat suka memberi ampunan atau maaf.Seorang manusia yang bagaimana juga nakal dan jahatnya bagaimana juga banyak dosanya ,sekalipun sudah membunuh 100 manusia ,mempunyai dosa yang memenuhi ruang antara bumi dan langit,bila minta ampun atua tobat ,Allah akan memberi ampunan dan tobat kepadanya.Allah sangat suka terhadap orang yang minta ampun dan bertaubat.

(16)AL-QAHHAR
Artinnya yang dapat memaksa makhlukNya bagaimana Ia kehendaki.

(17)AL-WAHHAAB
Yang amat banyak dan tak terhingga pemberianNya,gampang memberi bila di mintai

(18)AR-RAZZAAQ
Yang amat memberi dan melengkapi semua kebutuhan hidup dari seluruh makhlukNya.Yang memberi rizki.Yang memegang komando tertinggi dalam pembagian rizki terhadap masing-masing manusia atau makhluk.

(19)Al-FATTAAH
Yang membuka dan mencurahkan rahmat kepada makhlukNya.Atau yang menentukan hukum -hukum tertentu antara semua makhlukNya.

(20)AL-`ALIIM
Yang mengetahui segala ,Yang Maha Mengetahui.Tidak ada satu kejadianpun di langit dan dibumi atau diantara keduanya yang terjadi tidak di ketauhiNya,kejadian besar atau kejadian kecil.Sehelai daun kayu jatuh ke bumi pasti di ketahuiNya ,sebutir debu yang bagaimana halusNya ,di lemparkan ke ruang angkasa pasti di ketauhiNya.

(21)AL-QAABIDH
Yang menyempitkan hidup atau mengurangi rizki seseoarang yang Ia kehendaki.Tidak sedikit seseorang yang pintar,kuat,giat,tetapi  tetap hidup melarat.

(22)AL-BAASITH
Yang melapangkan hidup atau menambah rizki seseorang yang Ia kehendaki .Tidak sedikit orang yang yang bodoh tapi kaya raya

(23)AL-KAAFIDH
Yang menurunkan derajat seseorang yang Ia kehendaki

(24)AR-RAAFI`
Yang meninggikan derajat seseorang yang Ia kehendaki

(25)AL-MU`IZZ
Yang menyebabkan seseorang menjadi kuat,mulia atau menang

(26)AL-MUDZILL
Yang menyebabkan seseorang menjadi lemah ,hina atau kalah.

(27)AS-SAMII` 
Yang  dapat mendengar segala bunyi atau suara ,suara keras atau halus ,dari jauh atau dekat.

(28)AL-BASHIIR
Yang melihat segala,yang besar atau yang halus ,yang dekat atau yang jauh

(29)AL-HAKAM
Yang menetapkan hukum bagi segala makhlukNya,hukum yang tak dapat di rubah siapapun

(30)AL-`ADL
Yang berlaku adil di dalam hukumNya dan ketetapanNya.

(31)AL-LATHIFF
Yang mengetahui segala perkara sampai sehalus-halusnya,atau yang sangat sangat mengasihani terhadap segala MakhlukNya.

(32)AL-KHABIIR
Yang mengetahui segala perkara batin,yang tersembunyi,dan mengetahui hakikat dari segala perkara dan kejadian.

(33)AL-HALIIM
Yang sangat penyantun dan juga terhadap orang-orang yang paling di murkainya sesudah orang itu bertobat

(34)AL-`AZHIM
Yang Maha Agung .Yang tak mungkin dapat di gambarkan dengan akal,dan tak mungkin dapat dibahas dengan ilmu pengetahuan

(35)AL-GHAFUUR
Yang sangat suka ,senang dan obral memberikan ampunan sekalipun seseorang mempunyai kesalahan memenuhi antara langit dan bumi,bila benar-benar tobat dan minta ampun ,di ampuni  oleh Allah.

(36)AS-SYAKUUR
Yang sangat berterima kasih.Yang pasti membalasi setiap pujian ,sanjungan atau ibadat manusia yang di tunjukkan kepadaNya oleh hamba-hambaNya yang taat dan taqwa kepadaNya.

(37)AL-`ALIY
Yang bersangkutan tinggi martabatNya (yang maha tinggi - bersangkutan martabatnya)

(38)AL-KABIIR
Yang Maha Besar yang tak dapat di hinggakan dengan akal akan kebesaranNya,dan akal tidak sanggup mencapai hakikatnya.

(39)AL-HAFIIZH
(Yang memelihara) atau melindungi segala makhlukNya,dari segala bahaya atau kerusakaan

(40)AL-MUQIIT
(Yang menyediakan) makanan dan minuman bagi segala makhlukNya yang membutuhkan makanan dan minuman

(41)AL-HASIIB
(Yang memperhitungkan) memutus segala hal .Segala sesuatu di ciptakan dan di aturNya dengan perhitungan yang amat teliti dan benar .Setiap sesuatu di ciptakan dan di jadikan dalam perhitungan-perhitungan yang sejelas-jelasnya.

(42)Al-JALIIL
(Yang bersifat) dengan sifat -sifat yang mulia ,yang benar-benar mulia 

(43)AL-KARIIM
(Yang amat pemurah),sehingga Ia berikan segala kebutuhan dari segala makhluk-makhlukNya tanpa di minta lebih dahulu ,dan di berikan tanpa wasilah tanpa perantara

(44)AL-RAQIIB 
(Yang mengamati) segala,sehingga tidak ada satu perkara atau kejadian yang terjadi tidak dengan setahuNya

(45)AL-MUJIIB
(Yang mengabulkan) doa-doa hamba-hambaNya yang berdoa kepadaNya

(46)AL-WAASI`
(Yang amat luas) kekayaanNya sehingga sanggup memenuhi segala kebutuhan hamba-hambaNya

(47)AL-HAKIIM
(Yang amat bijaksana) .Segala sesuatu di ciptakanNya dengan tujuan yang amat tinggi.Tidak pernah satu kejadian yang sia-sia,yang tidak ada maksud dan tujuaannya

(48)AL-WADUUD
(Yang amat cinta) terhadap para wali-waliNya,yaitu manusia-manusia yang menjadikan allah tujuan hidup satu-satunya

(49)AL-MAJIID
(Yang amat mulia)  atau terhormat

(50)AL-BAA`ITS
(Yang membangkitkan) segala manusia yang sudah mati,hidup kembali di alam kubur atau alam akhirat nanti

(51)ASY-SYAHIID
(Yang jelas) kepadaNya (bagiNya) segala sesuatu ,tidak satu perkara atau kejadianpun yang gaib bagiNya

(52)AL-HAQQ
(Yang benar) dan selalu bertindak benar,tak pernah keluar dari kebenaran

(53)AL-WAKIIL
(Yang melaksanakan) segala urusan mahklukNya

(54)AL-QAWIY
(Yang Maha Kuat),tidak pernah merasa lemah dan cape (penat)

(55)AL-MATIIN
(Yang sempurna) kekuataanNya

(56)AL-WALIY
Penolong atau
(yang mengendalikan) seluruh urusan dari makhluk-maklukNya 

(57)AL-HAMIID
Hanya Ia saja yang berhak di puji .(Selain Allah) tidak pantas di puji , karena pasti ada cacat dan salahnya

(58)AL-MUHSHIY
(Yang memperhitungkan) setiap amal perbuatan manusia ,kecil, besar,untuk di balasi dengan pembalasan yang setimpal

(59)AL-MUBDI`U
(Yang memulai) segala atau yang menciptakan (apa yang sebelumnya tidak ada menjadi ada)

(60)AL-MU`IID
(Yang mengulangi) kejadian yang sudah rusak atau lenyap.Apa yang sudah ada ,lalu menjadi rusak dan lenyap  lalu kemudian diadakanNya lagi buat kedua kalinya .Umpama nya manusia yang sudah mati ,lalu di hidupkan kembali sebagai kehidupan sekarang ini di akhirat nanti

(61)AL-MUHYIY
(Yang memberikan) kehidupan (hidup) bagi makhluk -makhlukNya yang hidup,pusat tenaga hidup .Segala kehidupan bersumber pada Allah

(62)AL-MUMIIT
(Yang mencabut) kehidupan (hidup) dari ,makhluk-makhluk Nya  yang hidup atau yang mematikan

(63)AL-HAYYU
(Yang hidup), yang tidak  akan berakhir  dengan mati atau yang berkekalan hidupNya

(64)AL-QAYYUM
(Yang mengurus) segala perkara atau urusan makhlukNya

(65)AL-WAAJID
(Yang mendapatkan) apa saja yang Ia kehendaki 

(66)AL-MAAJID
(Yang bersifat) agung (tinggi)dengan kesucian

(67)AL-WAAHID atau AL AHAD
Yang Maha Esa ,Yang Maha Tunggal ,(Yang satu-satuNya tiada lainNya)

(68)ASH-SHAMAD
Hanya Ia (tempat) bermohon ,mengadu,dan memuja bagi segala makhlukNya.
Hanya kepadaNya sajalah kita bermohon atas segala keperluan dan perlindungan dari segala bahaya

(69)AL-QAADIR
(Yang sanggup melaksanakan) apa saja yang Ia kehendaki dengan tidak tergantung kepada tempoh dan keadaan(ruang dan waktu)

(70)AL-MUQTADIR
(Yang memegang) kekuasaan dari tiap-tiap orang yang mempunyai kekuasaan

(71)AL-MUQADDIM
(Yang mendahulukan) sesuatu atas lainnya (sifat-perbuatan)

(72)AL-MU`AKHKHIR
(Yang mengakhirkan) sesuatu atas lainnya (sifat-perbuatan)

(73)AL-AWWAL
(Permulaan segala wujud) segala yang ada (sifat-nafsi)

(74)AL-AAKHIR
(Akhir segala wujud.)Tidak berakhir wujud dan kekuasaanNya (sifat- nafsi)

(75)AZH-ZHAAHIR
(Yang amat nyata) segala 'ayat-ayat' (pertunjuk2 kewujudanNya) dan perbuatanNya

(76)AL-BAATHIN
(Yang gaib ZatNya) yang tidak mungkin di ketahui unsurNya

(77)AL-WAALIY
(Yang menguasai) segala urusan

(78)AL-MUTA`AALIY
(Yang lebih tinggi) dari segala yang tinggi dan bersih dari kekurangan

(79)AL-BARR
(Yang berbuat baik) dengan segala kebaikan

(80)AL-TAWWAAB
(Yang memberi tobat) dan
kembali berbuat baik (memberi nikmat) terhadap orang yang berdosa sesudah bertobat

(81)AL-MUNTAQIM
(Yang membalas) segala dosa dengan siksa

(82)AL-AFUUW
(Banyak memaafkan) kesalahan- kesalahan manusia

(83)AR-RAUUF
(Yang sangat banyak memberi) rahmat ,kasih sayang ,dan atau sangat penghiba(rasa kasihan)

(84)MAALIKUL-MULKI
(Pemilik segala kekuasaan),melakukan apa saja yang Ia kehendaki terhadap milikNya itu

(85)DZUL JALAALI WAL IKRAAM
(Pemilik satu-satunya) dari segala kemuliaan dan kesempurnaan,dan segala kemuliaan itu berasal daru Dia

(86)AL-MUQSITH
(Yang selalu adil) dalam menghukum

(87)AL-JAAMI`
(Yang menghimpun) segala hakikat yang berbagai-bagai

(88)AL-GHANIY
(Yang tidak membutuhkan) apapun,terkaya dari segala keperluan

(89)AL-MUGHNIY
(Yang mengkayakan) hamba-hambaNya ,yang memberi siapa yang Ia kehendaki apa-apa yang Ia kehendaki

(90)AL-MAANI`
(Yang menolak) atau yang mengangkatkan sebab-sebab kerusakan atau bahaya.Atau yang mencegah apa yang harus di cegah

(91)AD-DHAARR
(Yang merusak) apa yang Ia kehendaki

(92)AN-NAAFI`
(Yang memberi) maanfaat bagi siapa yang Ia kehendaki

(93)AN-NUUR
Sinar ,(terang) atau cahaya

(94)AL-HAADIY
(Yang memberi) petunjuk bagi hamba-hambaNya yang Ia kehendaki

(95)AL-BADII`
(Yang menciptakan) apa yang sebelumNya belum pernah ada

(96)AL-BAAQIY
(Yang kekal) adanya,tidak berakhir dengan tidak ada

(97)AL-WAARITS
(Yang tetap) ada sesudah musnahnya segala

(98)AR-RASYIID
(Benar) segala susunan dan aturan-aturan yang di tetapkan Nya

(99)ASH-SHABUUR
(Yang tak tergesa-gesa) menurunkan siksaan bagi ham-hambaNya yang berduka

Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiap-tiap nama dari ASMAUL HUSNA.Pengertian ini di terangkan secara seringkas-ringkasnya.

Diambil dari : SAMUDERA AL-FATIHAH OLEH BEY ARIFIN

Monday 9 November 2015

Respon Terhadap Artikel ‘265 Hadis Palsu Dalam Kitab Ihya Ulumuddin’

Respon Terhadap Artikel ‘265 Hadis Palsu Dalam Kitab Ihya Ulumuddin’

Sep 27, 2014

• By remramzi

Semalam kami ada siarkan artikel bertajuk 265 Hadis Palsu Dikesan Dalam Kitab Popular Ihya Ulumuddin.

Kandungan artikel ini mendedahkan hasil kajian pakar hadis dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Profesor Datin Paduka Dr Jawiah Akhir yang mendakwa terdapat banyak hadis palsu atau mawdu ditemui dalam kitab karangan Sheikh Al Ghazali (Imam al-Ghazali) yang terkenal dalam kalangan masyarakat Melayu tersebut.

UNTUK BACA KLIK >>> 265 Hadis Palsu Dikesan Dalam Kitab Popular Ihya Ulumuddin.

Selain itu, kami turut memetik kenyataan bekas mufti Perlis, Prof Madya Dato’ Dr Mohd Asri Zainul Abidin yang mempunyai pendapat serupa dengan Dr Jawiah berdasarkan penulisannya pada 2006.

Bagaimana pun sebagai pihak yang menerbitkan artikel semalam atas niat mahu berkongsi sesuatu yang diharap berguna kepada pembaca Islam semata-mata, kami menyambut baik respon berkaitan artikel ini oleh laman blog penembak-tepat.blogspot.com.

Menurut admin blog ini, artikel semalam adalah fitnah dan menyertakan dalilnya dalam respon tersebut.

Di bawah kami siarkan keterangan dalam blog tersebut bagi menjawab artikel ‘265 Hadis Palsu Dikesan Dalam Kitab Popular Ihya Ulumuddin’:

Kisah Hujjatul Islam Imam al Ghazali difitnah Jahil Ilmu Hadis Oleh Ulama Anti Sufi

Pengkritik dan golongan anti-tasawuf seringkali menuduh bahawa kitab-kitab karangan para ulama’ tasawuf sarat dengan hadith-hadith dhaif.

Tuduhan paling berat pernah dihalakan kepada sosok tubuh tokoh tasawuf dan ulama Islam agung yang diberi gelaran “Hujjatul Islam” iaitu Imam al-Ghazali radiyallahu anhu sendiri.

Mereka menuduh di dalam karya magnum opus empat jilid Ihya’ Ulumiddin karangan Imam al-Ghazali itu penuh dengan hadith-hadith dhaif.

Sebenarnya, perbahasan berhubung dengan kedudukan hadith-hadith dhaif tidak perlulah kita bicarakan di sini kerana perbahasannya yang panjang cuma cukuplah kita nukilkan bahawa para ulama hadith seperti al-Hakim di dalam al-Madkhal li `ilm al-hadith, Imam al- Bayhaqi dalam Dala’il al-nubuwwah, Imam Nawawi dalam al-Tibyan fi `ulum al-qur’an.

Bahkan Imam al-Sakhawi dalam al-Qawl al-badi` fi al-salat `ala al-habib al- shafi` menyebut bahawa ianya disepakati para ulama yang membenarkan penggunaan hadith dhaif selama mana ianya bertujuan untuk menunjukkan kelebihan-kelebihan sesuatu amalan (fadha’ilul amal) dan menggalakkan orang ramai beramal dengannya dan menjauhi dari melakukan maksiat (al-targhib wa tarhib).

Status hadith dhaif tidak sama dengan hadith palsu yang sama sekali tidak boleh beramal dengannya bahkan meriwayatkannya juga haram dan berdosa.

Namun kelompok pelampau ini telah menyamatarafkan hadith dhaif dan hadith palsu sebagai satu kategori sama dan mendakwa kononnya kedua-duanya tidak boleh digunakan sama sekali. Ini telah menimbulkan kekeliruan dan keresahan di kalangan masyarakat dan mula memandang hina terhadap hadith dhaif.

Tindakan biadap sebegini tidak pernah diamalkan oleh para ulama silam yang muktabar dan justeru itu kita jangan keliru dengan propaganda para asatizah ini yang kononnya ingin membawa islah dan tajdid dalam masyarakat agar beramal hanya dengan hadith Sahih sahaja.

Imam al-Ghazali jahil ilmu hadith?

Antara tuduhan keterlaluan yang dilemparkan terhadap Hujjatul Islam Imam al-Ghazali ialah kononnya beliau jahil ilmu hadith dan kerana itulah banyak hadith-hadith dhaif dalam Ihya’ Ulumiddin.

Ada juga yang mendakwa kononnya di akhir hayat beliau, Imam al-Ghazali meninggalkan tasawuf dan menjadi ahli hadith kerana beliau ditemui meninggal dunia dengan kitab Sahih Bukhari di tempat tidurnya.

Harus diingati bahawa tiada manusia lain di atas mukabumi ini yang digelar “Hujjatul Islam” melainkan Imam al-Ghazali. Gelaran itu diberikan oleh masyarakat pada zamannya kerana kehebatan ilmu yang beliau miliki yang tiada tolok tandingnya.

Imam Salahuddin al-Safadi (w.764) yang mengarang kitab al-Wafi, sebuah kitab biografi para ulama silam atau digelar ‘tabaqat’ yang mengandungi 14,000 para ulama menyebut bahawa bahawa “Imam al-Ghazali adalah seorang ulama mazhab Shafi’e yang tiada tandingnya di zaman beliau”.

Ulama kontemporari seperti Sheikh Dr Yusuf al-Qaradhawi menyebut bahawa Imam al-Ghazali adalah mujaddid kurun ke-5 hijri sepertimana Imam al-Shafie di zamannya dan Umar bin Abdul Aziz di zamannya.

Yang lantang mengkritik Imam al-Ghazali sebenarnya hanya beberapa orang tokoh ulama seperti ulama anti-sufi seperti Ibn al- Jawzi melalui kitabnya I`lam al-ahya’ bi aghlat al-Ihya’ dan Talbis Iblis, dan diikuti oleh Ibn Taymiyyah dan pelajarnya al-Dhahabi.

Manakala majoriti ulama di zaman Imam al-Ghazali dan selepasnya semuanya mengkagumi kehebatan beliau. Hari ini kelompok ‘islah dan tajdid moden’ yang mengkritik Imam al-Ghazali mengutip kembali kritikan-kritikan ketiga-tiga orang tokoh ulama ini dan menghamburkannya kepada masyarakat sehingga masyarakat hilang hormat pada Imam al-Ghazali.

Sebagai manusia biasa, Imam al-Ghazali sudah tentu ada kelemahannya namun sumbangan besar Imam al-Ghazali dalam ilmu akhlak atau tasawuf melalui karya Ihya Ulumiddinnya itu tidak dapat dinafikan oleh sesiapa sekalipun sehingga dikatakan “andaikata seluruh kitab-kitab di atas mukabumi ini musnah, dan tinggal Ihya sahaja, maka ianya sudah memadai untuk membimbing manusia”.

Imam Fakhruddin al-Razi mengatakan bahawa “seolah-olah Allah SWT mengumpulkan seluruh ilmu di bawah satu bumbung dan menunjukkannya kepada Imam al-Ghazali”.

Ya, memang diakui bahawa hadith-hadith dalam Ihya ada yang bersifat Hadith Dhaif sepertimana senarai yang diberikan oleh Imam Tajuddin al-Subki dalam Tabaqat al-Shafi’iyyah nya, namun sebagai sebuah kitab akhlak yang bertujuan untuk ‘menggalakan beramal dan menjauhkan maksiat’ (targhib wa tarhib), ianya dikira tidak menyalahi disiplin ilmu hadith seperti yang kita sebut sebelum ini.

Kerana itulah tokoh-tokoh hadith seperti Imam al-Hafiz Al-`Iraqi (w. 806) dan Imam al-Hafiz al-Zabidi (w. 1205) ketika menyemak satu persatu hadith-hadith dalam Ihya mengatakan bahawa Ihya’ secara keseluruhannya sebuah kitab tasawuf yang cukup hebat walaupun di sana ada hadith-hadith dhaif.

Bahkan mereka ini, seperti Zainuddin al-Iraqi, Ibn Hajar, al-Zabidi dan ramai lagi turut mengarang Syarah berjilid-jilid kepada kitab Ihya yang hanya empat jilid. Imam al-Safadi turut mengatakan bahawa kritikan terhadap Ihya hanya kerana di sana ada hadith-hadith dhaif tidak boleh diterima kerana kriteria ketat untuk hadith hanyalah dalam hal-hal Aqidah dan Fekah sepertimana disepakati majoriti ulama. Adapun dalam hal-hal tasawuf, akhlak atau etika, maka kelonggaran diberi di sana.

Tuduhan bahawa Imam al-Ghazali tidak belajar ilmu hadith juga adalah tuduhan biadap yang pernah kita dengar berlegar di dalam masyarakat kita hari ini.

Ianya tidak benar sama sekali, walaupun kepakaran Imam al-Ghazali lebih menonjol dalam bidang Tasawuf, namun kita tidak boleh nafikan bahawa beliau juga pernah mendalami ilmu hadith.

Ibn ‘Asakir turut menyebut bahawa Imam al-Ghazali pernah belajar Sahih Bukhari dari Imam Abu Sahl Muhammad ibn Ahmad al-Hafsi. Manakala guru-guru hadithnya yang lain ialah seperti Imam Nasir ibn ‘Ali ibn Ahmad al-Hakimi al-Tusi, pakar hadith Imam Abu al-Fityan ‘Umar ibn Abi al-Hasan al-Ru’asi al-Dahistani dan ramai lagi. Wallahu’alam.

 (Sumber: http://roskiman.com/blog/2012/07/20/imam-al-ghazali/)

http://fitrahislami.wordpress.com/2013/01/13/hujjatul-islam-imam-al-ghazali-rahimamullah-di-kritik-hebat-oleh-golonga-anti-tasauf/

Jika tidak berpuas hati kupasan lebih jelas boleh anda baca di sini:

http://jomfaham.blogspot.com/2014/09/hujjatul-imam-al-ghazali-dan-ilmu.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter&m=1

Antara petikannya :

Bukankah Imam al-Ghazali cukup terkenal sebagai seorang faqih (ahli fiqh)? Sudah tentu beliau mahir berkaitan fiqh al-hadith, atau ilmu dirayah al-hadith. Beliau tentunya memiliki ilmu yang cukup berkaitan hadis-hadis ahkam. Oleh sebab itu, beliau mampu menghasilkan kitab-kitab fiqh yang menjadi rujukan muktabar dan diiktiraf oleh para ulama, khususnya dalam mazhab al-Syafi’i.

[*Berhubung ilmu hadis riwayah dan dirayah, saya mengikut pembahagian kebanyakan ulama, namun dengan takrifan al-Muhaddith Sayyid ‘Abdullah al-Ghumari dalam Tawjih al-‘Inayah, yang turut disepakati Prof. Dr. Abu al-Laith al-Khair Abadi. Iaitu ilmu riwayah al-hadith berkaitan para perawi dan riwayat mereka, manakala ilmu dirayah al-hadith hanya berkaitan matan hadis. Berlainan dengan Dr. Muhammad ‘Aqil al-Mahdali yang mengikut pembahagian Prof. Dr. Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki dalam al-Manhal al-Latif]

Justeru dengan ini, kita dapat lihat Imam al-Ghazali mengetahui tentang dua cabang utama ilmu hadis, iaitu ilmu riwayah al-hadith dan ilmu dirayah al-hadith. Adapun kata-kata Imam al-Ghazali dalam Qanun al-Ta’wil (hlm. 30): “Dan barang bekalanku dalam ilmu hadis adalah sedikit”. Saya berpendapat ianya adalah dalam nada tawaduk dan merendah diri, apatah lagi kerana beliau berani mengisytiharkan dirinya begitu. Dalam erti kata lain, beliau menganggap dirinya bukanlah seorang imam dalam ilmu hadis sebagaimana imam-imam hadis yang tersohor di zamannya ataupun di zaman sebelumnya. Namun, ini tidak bermakna beliau langsung tidak mengetahui ilmu hadis.

Antara imam-imam hadis di zamannya atau di zaman sebelumnya, iaitu sekitar kurun kelima hijrah ialah al-Hakim (w. 405H), Abu ‘Abd al-Rahman al-Sulami (w. 412H), Tammam al-Dimasyqi (w. 414H), al-Lalika’i (w. 418H), Hamzah al-Sahmi (w. 427H), Abu Nu’aim al-Asbahani (w. 430H), al-Mustaghfiri (w. 432H), Abu Zar al-Harawi (w. 434H), al-Khallal (w. 439H), Abu ‘Amru al-Dani (w. 444H), al-Qudha’i (w. 454H), al-Bayhaqi (w. 458H), Ibn ‘Abd al-Barr (w. 463H), al-Khatib al-Baghdadi (w. 463H), Abu al-Qasim Ibn Mandah (w. 470H), al-Baji (w. 474H), al-Sam’ani (w. 489H), al-Ruyani (w. 501H), al-Daylami (w. 509H) dan lain-lain.

Maka, dakwaan bahawa Imam al-Ghazali tidak mahir hadis perlu disemak semula. Kerana hakikatnya, ia bukan secara umum begitu. Beliau hanya tidak mendalami ilmu riwayah al-hadith dari segi kajian sanad dan praktikalnya secara lebih mendalam, dari sudut al-jarh wa al-ta’dil dan rijal al-hadith, serta dari segi periwayatan lautan kitab-kitab hadis secara sama’/talaqqi.

Barangkali inilah maksud kenapa beliau menelaah Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim di akhir hayatnya, iaitu kerana ingin mendalami rijal al-hadith dalam kedua-dua kitab sahih yang agung tersebut, dan sebagai usaha permulaan bagi mendengar dan menelaah lautan kitab-kitab hadis yang amat banyak bilangannya. Sebagaimana sebahagian ulama merekodkannya di dalam kitab-kitab sanad mereka.

Jelasnya, meskipun Imam al-Ghazali bukanlah seorang imam atau tokoh besar dalam ilmu hadis, beliau dianggap masih berkeupayaan dalam ilmu hadis, riwayah dan dirayahnya.

Sebagai pihak yang tidak mempunyai kelayakan untuk mengulas berkaitan hal ini maka kami berharap akan ada penjelasan paling tepat daripada pihak yang berkredibiliti untuk memberi pencerahan.

Kami juga berharap tidak ada pertikaian sesama umat Islam berkaitan isu ini melainkan oleh mereka yang benar-benar mempunyai ilmu untuk mengulas.

Wallahua’lam. – MYNEWSHUB

REM RAMZI/MYNEWSHUB.CC
Sumber: penembak-tepat.blogspot.com