Friday 24 November 2023

Semangat menyumbang dan melakukan kebaikan ini tetap perlu terus dihidupkan walaupun jika kita mengetahui bahawa kiamat berlaku esok.

Semangat menyumbang dan melakukan kebaikan ini tetap perlu terus dihidupkan walaupun jika kita mengetahui bahawa kiamat berlaku esok

*_Topic: Khutbah Jumaat / Friday's Sermon_* 

*Ringkasan Khutbah Hari Ini dari MUIS (24 Nov 2023 / 10 Jamadil Awal 1445H)*
-  _Sila kongsikan khutbah ini dengan pasangan, famili, kaum kerabat dan teman-teman_ 

*_Berhikmah dalam Memahami Teks Agama_* 

Ringkasan:
1) Sebagai umat Islam, kita sentiasa diingatkan untuk *berusaha memperolehi pemahaman yang tepat akan nas-nas agama.* Al-Quran dan Hadis itu bukanlah hanya merupakan coretan teks-teks agama di sebalik lembaran kitab, akan tetapi kefahaman yang betul di sebalik teks-teks agama juga merupakan sebahagian daripada tuntutan Al-Quran dan Hadis. 

2) Konflik yang berlarutan di Palestin yang kita saksikan sekarang ini telah mengorbankan ribuan nyawa mereka yang tidak berdosa. Ini disebabkan tindakan rambang dan melampau oleh pihak yang memiliki kuasa tanpa menghiraukan atau menghormati peraturan antarabangsa. Ini adalah sama sekali tidak dapat diterima. *Kita berdoa agar Allah (S.W.T.) memberi petunjuk kepada kepimpinan dunia agar berusaha lebih serius dalam mencari huraian kepada penderitaan yang dilalui oleh para penduduk Gaza dan Palestin.*
آمين 

3) Yang jelasnya,  apa yang berlaku di Timur Tengah sekarang ini tidak dapat ditafsirkan dan dikaitkan secara pasti dengan sebahagian nas-nas spesifik Al-Quran dan Hadis yang menyebut mengenai beberapa fitnah akhir zaman. Malahan, *terdapat pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang cuba menggunakan peristiwa sebegini untuk mengetengahkan agenda pelampauan mereka.* Mereka lalu menyalahgunakan nas-nas agama untuk menghalalkan tindakan-tindakan mereka yang melampau.  

4) *Fitnah atau ujian akhir zaman merupakan salah satu bentuk ujian kehidupan yang sudah ditentukan oleh Allah (S.W.T.) ke atas hamba-hambaNya.* Sebenarnya, Allah (S.W.T.) ingin menguji siapakah di antara hamba-hambaNya yang lebih baik amalannya. Firman Allah (S.W.T.): 
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ ٢ 

Yang bermaksud: "Dia yang telah mencipta kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapakah di antara kamu yang lebih baik amalannya; dan Dia Maha Berkuasa, lagi Maha Pengampun." 
(Surah Al-Mulk, ayat 2). 

5) Perkara kedua yang boleh sama-sama kita pelajari daripada panduan Rasulullah (S.A.W.) berkaitan akhir zaman ini adalah, ia sebenarnya *mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan alam akhirat.* Kita diingatkan untuk memperbanyakkan amal kebajikan, melakukan kebaikan dan memberi kemanfaatan buat umat manusia sejagat. Bahkan semangat menyumbang dan melakukan kebaikan ini tetap perlu terus dihidupkan walaupun jika kita mengetahui bahawa kiamat berlaku esok. 

Dalam hal ini, Rasulullah (S.A.W.) berpesan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bermaksud: 
*"Jika hari kiamat tiba dan di tangan salah seorang daripada kamu ada benih, maka jika ia mampu untuk menanamnya sebelum terjadi kiamat, maka hendaklah ia melakukannya."* 

6) Marilah kita *mendalami ilmu dan memahami teks agama dengan baik. Rujuklah kepada pakar dan para asatizah kita. Dan dalam kita mengharungi detik-detik yang mencabar ini,* marilah kita bersama-sama mengukuhkan keimanan, mengutuhkan ketakwaan dan terus melakukan kebaikan kepada semua insan. Hanya kepada Allah kita berserah, kepada-Nya kita mengharapkan bantuan dan kepada-Nya juga kita kembali. 

7) *Semoga Allah (S.W.T.) mengurniakan kita iman yang kukuh, kesabaran yang jitu dan istiqamah untuk kita terus menanam benih-benih kebaikan hingga hembusan nafas kita yang terakhir.*
آمين 

_Untuk dapatkan khutbah dalam bentuk softcopy, sila klik link di bawah ini ->_
https://www.muis.gov.sg/officeofthemufti/Khutbah
================== 

*Today's Summarised Khutbah from MUIS (24 Nov 2023 / 10 Jamadil Awal 1445H)* 
- _Do share this khutbah with your spouse, family, relatives and friends_ 

*_Exercising Wisdom in Understanding Religious Texts_* 

Summary:
1) As Muslims, we are *constantly reminded to strive for a proper understanding of our religious texts.* The Quran and Hadith are not merely religious scriptures written on the pages of a book; but a proper understanding of the essence and meanings of these texts is also necessary as outlined in the Quran and Hadith. 

2) The ongoing conflict in Palestine that we are witnessing has resulted in the loss of thousands of innocent lives. This is due to the aggression and excessiveness of those in power who disregard or disrespect international laws. This is entirely unacceptable. *We pray that Allah (S.W.T.) guides the world leaders to put serious effort towards finding a solution and bring an end to the suffering of the people of Gaza and Palestine.*
آمين 

3) It is clear that what is happening in the Middle East currently cannot be definitively interpreted and linked to specific verses in the Quran and Hadith which mention about the trials related to living in the end of times. In fact, *there are irresponsible groups attempting to utilise such events to advance their extremist agendas, misusing religious texts to justify their excessive actions.* 

4) *The tribulations or trials of the end of times are the forms of tests in life that have been predetermined by Allah (S.W.T.) upon His servants.* Allah (S.W.T.) intends to test which of His servants have better deeds. Allah (S.W.T.) says:
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ ٢ 

Which means: "He who created death and life to test you [as to] which of you is best in deed - and He is the Exalted in Might, the Forgiving." 
(Surah Al-Mulk, verse 2) 

5) The second point that we can learn from the guidance of the Prophet Muhammad (S.A.W.) regarding the end of times is that *it serves as a reminder for us to prepare ourselves for the hereafter.* We are reminded to increase our good deeds, perform acts of kindness, and bring benefit to all of humanity. The spirit of contributing and doing good must be maintained even if we were to know that the Day of Judgment is imminent. 

In this regard, our Prophet Muhammad (S.A.W.) reminded us in a hadith narrated by Imam Ahmad, which means: 
*"If the Day of Judgment is imminent, and in the hand of one of you is a seed, and if he can plant it before the occurrence of the Day of Judgment, then let him do so."* 

6) Let us *deepen our knowledge and understanding of our religious texts. Seek guidance from our experts and scholars.* As we navigate these challenging times, let us strengthen our faith, increase our piety, and continue doing good for all of humanity. We submit only to Allah, seek His assistance, and to Him, we shall return. 

7) *May Allah (S.W.T.) grant us strong faith, unwavering patience, and steadfastness to continue planting seeds of goodness until our last breath.*
آمين 

_To extract the khutbah in softcopy, click the link below ->_
https://www.muis.gov.sg/officeofthemufti/Khutbah

Tuesday 14 November 2023

Mengeluarkan dan Menarik nafas didalam neraka

Mengeluarkan dan Menarik nafas didalam neraka

Surat Hud Ayat 106
فَأَمَّا ٱلَّذِينَ شَقُوا۟ فَفِى ٱلنَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ

Arab-Latin: Fa ammallażīna syaqụ fa fin-nāri lahum fīhā zafīruw wa syahīq

Artinya: Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),
Referensi : https://tafsirweb.com/3598-surat-hud-ayat-106.html
106. فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا۟ (Adapun orang-orang yang celaka)
Dari golongan orang-orang kafir dan pelaku maksiat.
Yakni ditetapkan bagi mereka keburukan karena kekafiran dan kerusakan amalan mereka.

فَفِى النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ(maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih))
Makna (الزفير) yakni mengeluarkan nafas dengan suara yang keras dikarenakan rasa sakit pada dada mereka.
Makna (الشهيد) yakni menarik nafas.
Referensi : https://tafsirweb.com/3598-surat-hud-ayat-106.html

Tuesday 26 September 2023

Surah Ibrahim, Verse 41:

Surah Ibrahim, Verse 41:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

O our Lord! grant me protection and my parents and the believers on the day when the reckoning shall come to pass!
(English - Shakir)

via iQuran

Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).”

Sunday 24 September 2023

Doa yang Diajarkan Malaikat Jibril ketika Nabi Yusuf Dipenjara

Doa yang Diajarkan Malaikat Jibril ketika Nabi Yusuf Dipenjara

Dalam kitab Abwabul Faraj disebutkan bahwa ketika Nabi Yusuf dipenjara oleh penguasa Mesir , Dalam kitab Abwabul Faraj disebutkan bahwa 
ketika Nabi Yusuf dipenjara oleh penguasa Mesir , beliau memanjatkan aneka macam doa sehingga membuatnya terbebas dari penjara . Doa ini bersumber dari sebuah riwayat yang disebutkan oleh Ibnu Abi al-Dunya dalam kitabnya al-Faraj ba’da al-Syiddah, dari seseorang dari penduduk Kufah berkata:

“Sesungguhnya malaikat Jibril mendatangi Nabi Yusuf ke dalam penjara dan bertanya, ‘Siapa yang memasukkan kamu ke sini?’ Nabi Yusuf menjawab, ‘Kamu yang memasukkan aku.’ Kemudian malaikat Jibril berkata:

اللَّهُمَّ يَا شَاهِدًا غَيْرَ غَائِبٍ، وَيَا قَرِيبًا غَيْرَ بَعِيدٍ، وَيَا غَالِبًا غَيْرَ مَغْلُوبٍ، اجْعَلْ لِي مِنْ أَمْرِي فَرَجًا وَمَخْرَجًا، وَارْزُقْنِي مِنْ حَيْثُ لَا أَحْتَسِبُ

Allahumma ya syahidan ghairo gha-ibin wa ya qoriban ghairo ba’idin wa ya ghaliban ghairo maghlubin ij’alli min amri farajan wa makhrojan warzuqni min haitsu la yahtasibu.

Artinya: “Ya Allah, wahai yang Maha Menyaksikan dan tidak absen, wahai yang dekat dan tidak jauh, wahai yang Menang dan tidak kalah, jadikanlah bagiku suatu kelapangan dan jalan keluar dari urusanku, dan karuniailah aku rezeki dari arah yang tidak aku sangka-sangka.”

Thursday 21 September 2023

Adab berpakaian, makan dan minum Ayat 31-33

Adab berpakaian, makan dan minum Ayat 31-33

31 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 

32 Katakanlah, "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah, "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. 

33 Katakanlah, "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."

Saturday 16 September 2023

"Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",

Waspada terhadap golongan yang ingin beri nasihat 

Ayat 7:20
20 Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." 
21 Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua", 22 maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. 

Merayu Tuhan dengan Shalat Tahajud

Merayu Tuhan dengan Shalat Tahajud

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا Artinya: "Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji."

20 Syarat Khalwat Tarekat Naqsabandiyah

Berikut di antaranya; 
(1) berniat memutus rantai riak dan sumah secara lahir batin. 
(2) memohon izin dan sambungan doa kepada mursyidnya. 
(3) harus terbiasa dan terlatih untuk menyendiri, tidak tidur malam dalam kondisi tidak kenyang dan sambil berzikir. 
(4) di hari pertama masuk ruang khalwat harus melakukan satu ritual yang sudah diajarkan dengan cara tertentu (akan kami jelaskan di akhir tulisan, insya Allah). 
(5) harus selalu suci, alias daimul wudhu’. 
(6) membuang jauh keinginan mendapat kekeramatan. 
(7) selama ritual, tidak boleh bersandar ke dinding. 
 (8) harus mampu membayangkan sosok mursyidnya tepat berada di hadapannya. 
(9) harus dalam kondisi berpuasa. 
(10) harus puasa bicara, kecuali saat berzikir atau ada bahaya. 
(11) selalu menyadari kehadiran keempat musuhnya; setan, dunia, hasrat rendah dan nafsu. (12) menjauh dari suara dan kegaduhan. 
(13) tidak boleh absen shalat jamaah dan jumat. (14) saat keluar dari tempat khalwat, kepalanya harus terus merunduk. Melihat ke tanah. 
(15) tidak boleh sengaja tidur, apalagi bermaksud merehatkan badan. Melainkan tertidur tanpa sengaja dan dalam kondisi suci. Bahkan, jika mampu sebaiknya tidur sambil duduk. 
 (16) selalu menjaga stabilitas antara lapar dan kenyang. 
(17) tidak membuka pintu bagi siapa pun yang bermaksud ngalap berkah, kecuali gurunya. 
(18) memandang bahwa setiap nikmat yang ia peroleh berasal dari gurunya yang itu bersumber dari baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (19) membuang seluruh lintasan hati, entah itu perkara baik atau buruk. Alias senantiasa berada dalam kepasrahan. 
(20) tidak pernah berhenti berzikir-dengan cara-cara tertentu-sampai sang mursyid memerintahkannya keluar atau berhenti berkhalwat.


Sunday 3 September 2023

Janganlah Kamu Meninggikan Suaramu Melebihi Suara Nabi

Penjelasan QS Al-Hujarot Ayat Dua, Janganlah Kamu Meninggikan Suaramu Melebihi Suara Nabi

Salah satu adab terhadap Rosulallah SAW adalah merendahkan suara ketika berkomunikasi dengan beliau. Dalam Al Qur`an surat al hujurat ayat 2,Allah SWT mengajarkan pada orang orang mu'min untuk berlaku adab kepada Rasulullah SAW.

Di nukil dari kitab : Dilaalatul Qur`anul Mubin

دلالة القرآن المبين على النبي أفضل العالمين

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. Surah Al-Hujurat (49:2).

Dari ayat ini dapat di petik beberapa pelajaran :

• Haramnya mengangkat suara melebihi suara Rasulullah apabila berbicara , dan masuk dalam kategori ini yaitu tidak bolehnya kita membaca hadits nabi dengaan suara yang sangat kencang .
• Wajib bagi orang orang yang berziarah ke maqom Rasulullah untuk mengucapkan salam kepada Nabi dengan adab dan merendahkan suara karena Beliau hidup di maqomnya dan menjawab salam dari orang yang bersalam padanya.

Sayyidina Umar sangat melarang keras orang yang mengangkat suaranya di masjid nabawi karena mengagungkan Beliau .

Begitu pula Sayyidah 'Aisyah , jika ada orang yang mengetuk pintu pintu rumah yang ada di dekat masjid nabawi beliau menyuruh pembantunya agar mengatakan pada orang tsb :

"Jangan engkau mengganggu Rasulullah SAW ".

25 Ciri-ciri Ajaran Wahabi yang Wajib Diwaspadai !!

25 Ciri-ciri Ajaran Wahabi yang Wajib 
Diwaspadai !!

Arif Rahman Hakim21/08/2020

Sebagaimana kita tahu, salah satu kelompok dalam tubuh Islam yang sering bersinggungan keras dengan kelompok lain adalah Wahabi Salafi.

Aliran tang muncul sejak abad ke Pertama kali muncul pada abad ke-18 dari pendirinya yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab yang berasal dari Najd, Arab Saudi. Wahabi ini digambarkan sebagai sebuah aliran Islam yang “ultrakonservatif”, “keras”, atau “puritan.

Pendukung Wahabi aliran ini percaya bahwa gerakan mereka merupakan gerakan reformasi Islam untuk kembali kepada ajaran monoteisme murni, kembali kepada ajaran Islam sesungguhnya yang hanya berdasarkan kepada Qur’an dan Hadis, bersih dari segala “ketidakmurnian” seperti praktik-praktik yang mereka anggap bid’ah, syirik dan khurafat.

Sedangkan penentang ajaran ini menyebut Wahabi sebagai “gerakan sektarian yang menyimpang”, “sekte keji” dan sebuah distorsi ajaran Islam. Bahkan para ulama Sunni telah bersepakat bahwa Wahabi telah keluar dan bukan bagian dari dari Ahlussunnah Wal Jamaah.

Hal ini dikarenakan paham yang mereka bawa sama sekali tidak mencerminkan sifat dari ajaran Ahlussunnah, melainkan lebih condong seperti khawarij. Bahkan dalam perjalanannya, banyak sekali sejarah kelam yang ditorehkan oleh sekte Wahabi ini, dari pembunuhan ulama, perempuan dan anak-anak, penghancuran situs-situs Islam dan lain-lain.

Ajaran mereka sama sekali jauh dari nilai-nilai Islam. Oleh karenanya berikut adalah 25 penyimpangan-penyipangan paham dan ajaran Wahabi yang wajib dihindari.

• Membagi Tauhid kepada 3 Kategori, yakni Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ was-Sifat.
• Sering bertanya di mana Tuhan.
• Meyakini Tuhan punya Tangan (anggota badan).
• Meyakini Tuhan punya Muka (wajah asli).
• Meyakini Tuhan punya jari-jemari.
• Meyakini Tuhan punya betis.
• Meyakini Tuhan punya lambung/rusuk. (no. 3,4,5,6,7 dinamakan Faham Tajsim (menganggap Allah mmiliki anggota tubuh & sifat seprti manusia)
• Meyakini Tuhan punya arah dan tempat dan berada (bersemayam) di atas ‘Arasy.
• Meyakini Tuhan turun dari ‘Arasy ke langit di malam hari.
• Mendakwa dirinya ber-Manhaj Salaf dalam aqidah (tapi sangat bertentangan dengan aqidah Ulama Salaful Ummah).
• Memahami Nash-Nash Mutasyabihat menurut terjemahan bebas, tanpa merujuk ke kitab Ulama.
• Mengkafirkan pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi (dua Imam Aswaja).
• Mengkafirkan Sufi, dan menganggap Tasawuf bukan ajaran Islam.
• Sangat anti dengan Sifat 20 pada Allah Ta’ala.
• Menuduh Imam Abu Hasan Asy’ari telah bertobat dari aqidah Asy’ariyah (aqidah yang diyakini oleh kebanyakan ummat dan para ulama terdahulu).
• Menolak Ta’wil dalam bab Mutasyabihat.
• Menuduh Ayah dan Ibu Rasulullah kafir dan tidak akan selamat dari neraka.
• Menuduh syirik Tawassul, Tabarruk dan Istighosah dengan para Anbiya, Aulia dan Shalihin.
• Sering mengajak kembali ke Al-Quran dan Sunnah dengan meninggalkan ilmu yang telah diwariskan oleh Ulama.
• Sangat anti dengan pendapat Imam Madzhab dan pengikut Madzhab.
• Mudah membid’ah-sesatkan amalan yang tidak sharih dan shahih menurut mereka.
• Menuduh Maulid itu Tasyabbuh dan Sesat.
• Menuduh Tahlilan, Yasinan itu Tasyabbuh dan Sesat.
• Menyamakan orang baca Al-Quran di kuburan dengan penyembah kubur.
• Menamakan diri dengan Salafi dan tidak mengakui nama Wahabi, sehingga seolah-olah Wahabi itu hanya fiktif.

Baca Juga: Jika Anda Memang Seorang Wahabi Kenapa Harus Marah Disebut Wahabi?

Di Indonesia sendiri kelompok Wahabi ini juga sering membikin ulah. Mereka tak segan-segan membid’ahkan amalan orang lain, menuduh sesat bahkan sampai ada yang mengkafirkan sesama umat Islam lain yang berbeda paham dengan mereka.

Oleh karenanya, kita wajib waspada agar jangan sampai tradisi baik dan ajaran dari ulama-ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yang sudah sekian lama berjalan di masyarakat tergerus dengan paham Wahabi sekian lama semakin gencar mempromosikan diri mereka. Wallahua’lam bisshawab.

Betulkah Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Rustum?

Betulkah Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Rustum?

Ini adalah kasus yg banyak wahabi tidak tau antara klompok “Wah_biyah dan Wahabi_yah” bedakan kata dan hurufnya. Ini menyangkut pendiri Firqoh WAHHABI yg sebenarnya.

Perlu diketahui bahwa sebelum-sebelumnya, saat mereka tidak mau disebut sebagai “Wahhabi”, mereka berdalih bahwa istilah Wahhabi mengandung kesalahan nisbat, istilah Wahhabi diberikan oleh musuh dakwah Islam (orang kafir orientalis) dan sebagainya.

Tapi alasan-alasan itu sudah dimentahkan oleh kalangan Aswaja (Ahlussunnah wal Jama’ah), sebab yang pertama kali memberikan istilah Wahhabi kepada ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi adalah kakak kandungnya sendiri yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab al-Najdi al-Hanbali dalam kitabnya al-Shawaiq al-Ilahiyyah fir Raddi alal Wahhabiyyah. (ini adalah kitab dimana kata Wahhabi lahir) lihat gambar berikut:


Untuk membersihkan atau menutupi hitamnya perjalanan sejarah, kekejaman dan kesesatan mereka, Wahabi mulai membuat kedustaan baru dari sekian banyak dusta-dusta kelompok Wahhabi yaitu mereka berusaha mengalihkan pencetus Wahhabiyah kepada orang lain yang hidup pada kurun ke 2-3 hijriyah yaitu Abdul Wahab bin Rustum.

Padahal, Abdul Wahab bin Rustum bukan pencetus Wahhabiyah, melainkan pengikut Wahbiyyah. Trik Dusta yang mereka Gunakan ini menunjukkan bahwa mereka paham dan malu dengan sejarah kelam mereka.

Setelah semua dalih Wahhabi dimentahkan, kemudian Wahhabi menciptakan alasan baru bahwa seolah-seolah sebutan Wahhabi berasal dari Syi’ah. Ini propaganda terbaru daripada Wahhabi. Baru dipopulerkan sekitar beberapa tahun yang lalu bersamaan dengan isyu Wahhabi-Syi’ah yang terjadi di Timur Tengah.

Tetapi alasan-alasan lama Wahhabi masih saja ada yang menyebarkannya, yaitu bahwa istilah Wahhabi tidak dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat 1206 H) tetapi dinisbatkan kepada Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum.. (menurutku ini Pemikiran konyol)

Baca Juga: Membongkar Dusta Wahabi Tentang Pujian Ulama Terhadap Muhammad bin Abdul Wahab

Kalangan Aswaja menyebut propaganda Wahhabi tersebut sebagai sebuah ” Dongeng Populer Wahhabiyyah Rustumiyyah”.

Tipu muslihat Wahabi itu berawal daripada kesalahan dalam memahami Fatwa Al-Lakhmi dan kitab yang di jadikan rujukan. Mereka tidak bisa membedakan atau sengaja mengklirukan istilah antara Wahhabiyyah ( الوهابيه ) dan Wahbiyyah ( الوهبية ).

Sepintas seperti mirip bukan?! Apakah anda bisa membedakan? (Lihat gambar kedua) bantahan ini sangat telak dan mempermalukan wahabi.


Apa itu Wahbiyyah (الوهبية) ? -perhatikan tulisannya!~

Wahbi_yyah, pengasasnya bernama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi (عبد الله بن وهب الراسبي), wafat tahun 38 Hijriyah atau 658 Masehi. Wahbiyyah termasuk daripada kelompok Khawarij.

Diantara pengikutnya bernama Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum atau Ibnu Rustum. Jadi, Ibnu Rustum bukan pendiri Wahha_biyyah (muncul abad 12 Hijriyah), tetapi pengikut Wah_biyyah (muncul abad 2 Hijriyah)..

Didalam kitab Tarikh Ibu Khaldun (w 808 H) (4/247) disebutkan :

وكان يزيد قد أذلّ الخوارج ومهّد البلاد فكانت ساكنة أيام روح، ورغب في موادعةعبد الوهاب بن رستم وكان من الوهبيّةفوادعه،

Perhatikan kalimat diatas, sangat jelas disebutkan bahwa Abdul Wahab bin Rustum merupakan bagian daripada Al-Wahbiyyah (الوهبيّة) bukan Wahhabiyyah (Wahhabi). Pada halaman lain (6/543) :

وكانوا قديما على رأي الخوارج، وبقي بها إلى الآن فريقانمنهم الوهبيةوهم بالناحية الغربيّة،

“Mereka tegak atas pandangan khawarij, dan tetap dengan pandangan khawarijnya sampai sekarang ada dua kelompok, diantaranya Al-Wahbiyyah …. ”

Baca Juga: Pantaskah Wahabi Disebut Sebagai Ahlussunnah wal Jamaah?

Wahabi Melakukan Distorsi (Kebohongan)

Sumber kesalahan wahhabi dan yang digunakan oleh ustadz-ustadz Wahhabi adalah kitab berjudul Tashhih Khatha’ Tarikhi Haul al-Wahhabiyyah/ تصحيح خطأ تاريخي حول الوهابية karya Muhammad bin Sa’ad al-Syuwai’ir /محمد بن سعد الشويعر.

Kitab ini memuat kebohongan atau DISTORSI yang menyamakan istilah “Wahbiyyah” dan “Wahhabiyyah”, kemudian nisbatkan kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum ( عبد الوهاب بن عبدالرحمن بن رستم).

Di antara yang dijadikan rujukan olehnya adalah kitab:

*Al-Mi’yaar al-Mu’rib wa al-Jaami’ al-Mughrib ‘an Fataawaa Ifriiqiyyah wa al-Andalus wa al-Maghrib karya Ahmad bin Yahya al-Wansyarisi /المعيار المعرب والجامع المغرب عن فتاوى علماء إفريقية والأندلس والمغرب لأحمد بن يحيى الونشريسي.

Didalam kitab ini memuat Fatwa Al-Lakhmi yang dimuat dalam kitab Wahhabi milikAl-Syuwai’irdiatas. Dan perhatikan teks Fatwa Al-Lakhmi :

وسئل اللخمي عن قوم من الوهبيةسكنوا بين أظهر أهل السنة زمانا وأظهروا الآن مذهبهم وبنوا مسجدا ويجتمعون فيه ويظهرون مذهبهم في بلد فيه مسجد مبني لأهل السنة زمانا ، وأظهروا أنه مذهبهم وبنوا مسجدا يجتمعون فيه ويأتي الغرباء من كل جهة كالخمسين والستين ، ويقيمون عندهم ، ويعملون لهم بالضيافات ، وينفردون بالأعياد بوضع قريب من أهل السنة . فهل لمن بسط الله يده في الأرض الإنكار عليهم ، وضربهم وسجنهم حتى يتوبوا من ذلك ؟

Ternyata dalam fatwa Al-Lakhmi yang disebut adalah Wahbiyyah (bukan Wahhabiyyah). Perhatikan teksnya “وسئل اللخمي عن قوم من الوهبية /Al-Lakhmi ditanya tentang sebuah kaum daripada Wahbiyyah”.

Baca Juga: Kritik Terhadap Buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Karya Yazid Jawas

*.Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil (1364 H atau 1945 M) /الفرق الإسلامية في الشمال الإفريقي للمستشرق ألفرد بل. 

Perhatikan teksnya:

وقد سموا أيضا الوهبيين نسبة إلى عبد الله بن وهب الراسبي ، زعيم الخوارج

“Dan sungguh mereka dinamakanWahbiyyin (الوهبيين) karena dinisbahkan kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, yang di tuduh sebagai Khawarij” (Hal. 145).

Ternyata dalam buku Al-Faradbil juga tertulis Wahbiyyin (pengikut Wahbiyyah), bukan Wahhabiyyin (pengikut Wahhabiyyah).

Dan jelas pula bahwa istilah Wahbiyyah atau Wahbiyyin bukan nisbah kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum. Tetapi Wahbiyyah itu nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi. Dalam kitab yang dijadikan rujukan itu, tidak ditemukan kata Wahhabiyyah (الوهابية). Sebaliknya, seluruhnya menggunakan kata Wahbiyyah (الوهبية).

Sehingga jelas, Dr. Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir (ulama Wahabi) telah melakukan distori (tahrif). Kebiasaan tahrif (melakukan pendistorsian) memang sudah menjadi tradisi Wahhabi.

Kitab-kitab firqah Wahbiyyah (pengasasnya Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi) sampai saat ini masih ada, mereka disebut pula sebagai Ibadhiyyah.. Pendiri wahhabiyah adalah muhamad bin abdul Wahab. Dan Ibnu rustum adalah pengikut wahbiyah. Jelas sangat beda. Wallahu A’lam

Sunday 13 August 2023

Maksud Imam Syafi’i Berucap ‘Ketika Ditemukan Hadits Sahih, Itulah Mazhabku’



SYARIAH
Maksud Imam Syafi’i Berucap ‘Ketika Ditemukan Hadits Sahih, Itulah Mazhabku’

Ahad, 9 Agustus 2020 | 00:00 WIB




Sebagian kelompok dalam Islam gemar menghadap-hadapkan sistem bermazhab dengan Al-Qur’an dan hadits. Seolah keduanya bertentangan dan berusaha meyakinkan masyarakat dengan propaganda “kembali kepada Al-Qur’an dan hadits” secara langsung. Bahkan, kelompok antimazhab ini tak segan-segan menjadikan perkataan imam mazhab untuk memukul ajaran bermazhab itu sendiri.

 

Di antara contoh dari kasus tersebut adalah pengutipan pernyataan Imam Syafi’i. Mereka berpendapat bahwa guru Imam Ahmad ibn Hanbal ini berwasiat agar pengikutnya mengikuti hadits Nabi secara langsung dengan berdasarkan ucapan Imam Syafi’i:

قال الشافعي إذا صح الحديث فهو مذهبي

 Asy-Syafi’i berkata “Ketika hadits shahih ditemukan, maka itulah mazhabku (pendapatku),” (Taqiyuddin as-Subuki, Ma’na Qaul al-Imam al-Muthallib, Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 2015, hal. 1).

 SyekhTaqiyuddin as-Subuki dalam kitab Ma’na Qaul al-Imam al-Muthallib menyatakan bahwa Imam Syafi’i memiliki tiga keunggulan penting yang terangkum dalam ucapannya di atas.

 

Pertama, Imam Syafi’i sangat terbuka dalam menerima Hadits dari mana pun berasal, baik dari riwayat hadits ulama dataran Hijaz (mencakup Makkah, Madinah, dan sekitarnya) maupun dari daerah Syam (mencakup Lebanon, Palestina, Yordania, dan Syiria), daerah Iraq, daerah Mesir dan daerah lainnya). Hal ini tentu berbeda dengan sebagian besar ulama mazhab Maliki yang hanya mengambil riwayat hadits dari ulama dataran Hijaz dan menolak sebagian besar riwayat hadits dari ulama daerah Iraq.

Kedua, Imam Syafi’i sangat terbuka dalam mengambil dalil hadits meskipun berderajat Ahad (diriwayatkan oleh sedikit perawi hadits) asalkan memiliki derajat shahih (kuat dan dapat dipercaya secara riwayat hadits). Hal ini tentu berbeda dari dua mazhab pendahulunya yang memiliki persyaratan ketat dalam menerima hadits shahih misal Imam Malik yang menolak beberapa riwayat hadits shahih ketika bertentangan dengan perilaku penduduk Madinah (A’mal Ahli Madinah) dan Imam Abu Hanifah yang menolak riwayat hadits shahih ketika perawi hadits tidak memenuhi kriteria yang ia rumuskan.

 

Ketiga, Imam Syafi’i menerima untuk mengubah hasil ijtihadnya asalkan hadits shahih yang dihaturkan kepadanya tidak memiliki kelemahan seperti misal hadits shahih tersebut telah di-naskh (dicabut ketetapan muatan hukumnya), adanya ta’wil, dan sejenisnya.


Apakah ucapan Imam Syafi’i ditunjukkan kepada masyarakat umum sehingga setiap orang dapat mengambil hukum langsung dari hadits shahih?

 

Dalam hal ini, Imam Taqiyuddin As-Subuki dalam kitab Ma’na Qaul al-Imam al-Muthallib menegaskan bahwa ucapan Imam Syafi’i ini ditunjukkan kepada murid-muridnya dan segenap ulama lainnya yang memiliki kapasitas ijtihad yang memadai bukan kepada masyarakat awam. Karena, ada beberapa riwayat hadits shahih yang oleh banyak ulama fiqih diberikan persyaratan ketat dalam penerapannya. Hal ini disebabkan adanya pertimbangan ijtihad ulama di dalamnya. Misalnya saja hadits tentang shalat jama’


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا فِى غَيْرِ خَوْفٍ وَلاَ سَفَرٍ

 

“Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjama’ shalat dzuhur dan Ashar, dan beliau menjamak shalat maghrib dan Isya’ tanpa ada sebab ketakutan ataupun perjalanan jauh” (HR Muslim).

 

Dalam menyikapi hadits ini, Imam an-Nawawi dalam syarh Shahih Muslim menyatakan bahwa para ulama memberikan syarat yang ketat untuk menjama’ shalat

 

Dari para ulama, ada yang berpendapat bahwa hadits di atas diarahkan kepada shalat jama’ yang disebabkan sakit dan sejenisnya yang termasuk dari ‘udzur syar’i. Ini adalah pendapat Ahmad bin Hanbal dan Qadhi Husain. Pendapat ini dipilih oleh al-Khatthabi, al-Mutawalli, dan ar-Ruyani dari pembesar mazhab kita (Syafi’iyyah).Inilah pendapat yang dipilih dalam menta’wil dzahir Hadits dan karena dasar yang dilakukan Ibnu ‘Abbas dan disepakati oleh Abu Hurairah.Dan karena kesukaran di dalamnya (sakit dan sejenisnya) lebih berat dari pada sebab hujan.Sebagian ulama yang lain membolehkan menjama’ shalat ketika di dalam rumah disebabkan hajat (kebutuhan) bagi orang yang tidak menjadikannya tradisi (sengaja menjama’ shalat).Ini adalah pendapat Ibnu Sirin dan sebagian dari ulama mazhab maliki. Dan pendapat ini juga diriwayatkan dari al-Qaffal dan asy-Syasyi al-Kabir dari pembesar mazhab Syafi’i dari Abu Ishaq al-Marwazi dari ulama ahli Hadits.(Imam an-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2016, vol. 6, hal. 222).

Setelah generasi Imam Syafi’i, maka hanya para ulama fiqih Syafi’iyyah yang memiliki kapasitas ijtihad yang memadai dalam menganalisis hadits shahihlah yang mampu untuk memfatwakan hukum yang berbeda dengan menisbatkan pendapatnya kepada mazhab Syafi’i. Hal ini sebagaimana yang dikritisi oleh Ahmad bin Idris al-Qarafi (w. 684 H) dalam kitab Syarh Tanqih al-Fushul fi Ikhtishar al-Mahshul:


كثير من الفقهاء الشافعية يعتمدون على هذا ويقولون مذهب الشافعي كذا لأن الحديث صح فيه. وهو غلط، فإنه لا بد من انتفاء المعارض. والعلم بعدم المعارض يتوقف على من له أهلية استقراء الشريعة، حتى يحسن أن يقال لا معارض لهذا الحديث.

Banyak dari kalangan ulama Syafi’iyyah yang bersandarkan kepada ucapan ini (ucapan Imam Syafi’i “Ketika ditemukan Hadits Sahih, itulah mazhabku”) dan mereka mengatakan ini lah pendapat mazhab Syafi’i begini karena ada Hadits yang shahih dalam masalah ini. Sungguh ini adalah kekeliruan. Karena, seharusnya ia harus menyatakan tidak ada pertentangan dalam Hadits tersebut. Dan ilmu untuk mengetahui tidak adanya pertentangan dalam suatu Hadits hanya diketahui oleh orang yang memiliki keahlian mendalam dalam meneliti syariat.Sehingga pantas untuk dikatakan “Tidak ada pertentangan dalam Hadits ini”. (kitabsyarh tanqih al-fushul fi ikhtishor al-mahshul karyaAhmad bin Idris al-Qarafi hal.450 cetakan Darul Fikr Beirut 2004)

Walhasil ungkapan Imam Syafi’i ini adalah sebuah ungkapan yang penuh rasa tawadhu’ dan semangat belajar yang sangat tinggi sebagai sebuah cerminan dari ulama salaf. Semangat yang tinggi dalam meneliti hadits tergambar dari ungkapan Imam Syafi’i kepada Imam Ahmad bin Hambal


عن أحمد بن حنبل قال الشافعي أنتم أعلم بالأخبار الصحاح منا، فإذا كان خبر صحيح فأعلمني حتى أذهب إليه كوفيا كان أو بصريا أو شاميا

 

Dari Ahmad bin Hanbal bahwa Imam Syafi’i berkata “Kalian lebih mengetahui terhadap banyak Hadits Shahih dibandingkan kami, maka apabila ada Hadits yang shahih (yang belum aku ketahui) tunjukkanlah kepadaku sehingga aku segera berangkat mendatanginya baik dari kota Kuffah, kota Bashrah, ataupun daerah Syam” (Abu Hatim ar-Razi, Adab asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 2006, hal. 95).

Tentu sangat sulit untuk mencari satu pun hadits yang belum diteliti oleh Imam Syafi’i melihat dari perjalanan keilmuannya yang sangat luas dan penelitiannya yang sangat tinggi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Khuzaimah

 

سئل أبو بكر بن خزيمة هل تعرف سنة لرسول الله صلى الله عليه وسلم في الحلال والحرام لم يودعها الشافعي في كتابه؟ قال لا

 

Ditanyakan kepada Abu Bakar Ibnu Khuzaimah “Apakah engkau mengetahui Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hukum halal dan haram yang tidak dituliskan asy-Syafi’i dalam kitabnya?” Dia menjawab “Tidak” (Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi, Manaqib asy-Syafi’i, tt.: Dar at-Turats, 1970, vol.1, hal. 477).

Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo



Tuesday 20 June 2023

Az-Zumar

Az-Zumar:

23 - Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu Kitab Suci Al-Quran yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (tentang benarnya dan indahnya), yang berulang-ulang (keterangannya, dengan berbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya atau membacanya) kulit badan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah. Kitab Suci itulah hidayah petunjuk Allah; Allah memberi hidayah petunjuk dengan Al-Quran itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan (ingatlah) sesiapa yang disesatkan Allah (disebabkan pilihannya yang salah), maka tidak ada sesiapa pun yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya.

Saturday 17 June 2023

Lafaz Niat puasa Zulhijjah

Lafaz Niat puasa Zulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Ertinya: “Saya niat puasa sunah bulan Zulhijjah
 kerana Allah Ta’ala.”

Puasa Hari Tarwiyah (8 Zulhijjah)

Niat Puasa Tarwiyah

نويت صوم التروية سنة لله تعالى

Nawaitu shauma al tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala

Ertinya: “Saya niat berpuasa sunnah tarwiyah kerana Allah ta’ala.”


Apakah Hari Tarwiyah?

Hari Tarwiyah merupakan hari yang kelapan di dalam bulan Zul al-Hijjah dan tidak ada dinyatakan kelebihan yang khusus atau amalan yang khusus untuk dilakukan pada hari tersebut berdasarkan kepada hadith-hadith yang sahih. 

Makna Tarwiyah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibn Qudamah di dalam kitabnya mempunyai dua sebab penamaan hari tersebut dengan hari Tarwiyah.

Para jemaah haji setelah berihram akan menuju ke Mina untuk bermalam. Ini kerana, pada keesokan harinya, mereka akan menuju ke Arafah. Ketika di Mina, para jemaah ini mempersiapkan air sebagai bekalan untuk dibawa ketika berwukuf di Arafah. Mempersiapkan air ini diistilahkan dengan Yatarowwaun (يتروون).
Selain itu, dinamakan juga dengan “Tarwiyah” adalah disebabkan pada malam tersebut, Nabi Ibrahim AS telah bermimpi buatkali yang pertama daripada Allah SWT agar menyembelih anaknya Nabi Ismail AS. Seharian Baginda AS berfikir dan tertanya-tanya kepada dirinya, apakah perintah itu datangnya daripada Allah SWT atau daripada syaitan. Tertanya-tanya itu juga diistilahkan dengan Yurowwi (يروي) dan itu adalah di antara sebab 8 Zul al-Hijjah dinamakan dengan hari Tarwiyyah. [Lihat: al-Mughni, 3/249]
Sumber: Mufti WP

Niat Puasa Arafah & Kelebihan Hari Arafah (9 Zulhijjah)
Puasa Hari Arafah ialah puasa pada hari ke 9 Zulhijjah yang disunatkan bagi mereka yang tidak melakukan ibadah haji.

Mereka boleh memanfaatkan kemuliaan hari Arafah dengan berpuasa sunat, berzikir dan melakukan amalan-amalan sunat lain.

Berpuasa Sunat Arafah dapat menghasilkan ganjaran pahala yang sangat besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Berpuasa pada Hari Arafah dinilai di sisi Allah sebagai penghapus dosa bagi setahun yang sebelumnya dan yang selepasnya.”

– Hadis Riwayat Muslim
Daripada Abu Qatadah al-Anshari r.a.; Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari Arafah.

Maka Baginda bersabda:

“Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.”

– Hadith Riwayat Imam Muslim
Rasulullah SAW juga bersabda:

“Orang yang berpuasa pada Hari Arafah (9 Zulhijjah), Allah akan menuliskan baginya puasa 60 tahun dan Allah menuliskannya sebagai orang yang taat.”


Sumber: Majlis Agama Islam Negeri Sembilan
Niat Puasa Sunat Hari Arafah

*نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ الْعَرْفَةَ سُنَّةً لِلِّهِ تَعَالَى*

Maksudnya: Daku berniat puasa hari Arafah, sunat kerana Allah Ta’ala

puasa zulhijjah arafah
Kelebihan Hari Arafah

Rasulullah SAW. bersabda lagi:

“Tiada hari yang paling ramai Allah SWT melepaskan hamba-Nya dari api neraka melainkan pada Hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah Azzawajalla menghampiri (hamba-hamba-Nya) dan berbangga dengan mereka di kalangan para malaikat serta bertanya; Apa yang dikehendaki oleh mereka?”.

Digalakkan juga berdoa kerana Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada Hari Arafah.”

NOTA:

Manakala bagi mereka yang melakukan ibadah haji pula adalah disunatkan untuk tidak berpuasa pada hari Arafah dan adalah menyalahi perkara yang utama jika mereka berpuasa juga pada hari itu.

Diriwayatkan dari Ummu al-Fadhl binti al-Harith: “Ramai di kalangan sahabat Rasulullah SAW yang ragu-ragu tentang berpuasa pada hari Arafah sedangkan kami berada di sana bersama Rasulullah SAW, lalu aku membawa kepada Baginda satu bekas yang berisi susu sewaktu Baginda berada di Arafah lantas Baginda meminumnya.”

(Hadith Riwayat Imam Muslim)

Juga daripada hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:

“Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada Hari Arafah bagi mereka yang berada di Arafah.”

(Hadith Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’ie; at-Thabrani dari Aisyah r.ha.).

Sumber: JAKIM



Wednesday 24 May 2023

Orang yang miskin ilmunya

Quran dan Hadis

Orang yang berpegang terus pada quran dan hadis adalah orang yang miskin ilmunya.

Saturday 13 May 2023

Kita Mesti Ada Keyakinan Diri

Kita Mesti Ada Keyakinan Diri

Jangan Amal Ayat Ini. Kita hendaklah Yakin pada Allah. Tak ada Daya melainkan Allah

Friday 20 January 2023

Dimana Allah? Apakah allah dilangit?

Dimana Allah? Apakah allah dilangit?

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 186 yang berbunyi:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. 

Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."

Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa Dia selalu dekat dan mengabulkan semua permohonan yang dipanjatkan umat Islam. Salah satu permohonan yang biasa dipanjatkan adalah diberi kemudahan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Monday 9 January 2023

Bacaan Tawasul Secara Singkat

Bacaan Tawasul Secara Singkat

Tawasul adalah suatu upaya atau wasilah agar doa kita dapat diterima oleh Allah SWT. Terdapat doa atau bacaan tawasul yang secara umum yang biasa digunakan oleh orang-orang dalam melakukan tawasul. Bacaan atau doa dalam bertawasul adalah sebagai berikut :

Astaghfirullahal’adziim (3 x)

Asy-hadu allaa-ilaaha illallah wa Asy-hadu anna Muhammadarrosulullah.

'Ala hadzihin niyati wa’ala kulli niyatin sholihah, Ilaa hadrotin nabiyil-Musthofa Muhammadin SAW wa ‘alaa aalihi wa azwajihi wadzurriyyatihi wa ahli baitihil-kirom ajma-‘iin, Syai-u lillahi lahumul-faatihah: (Baca surat al-Fatihah)

Tsumma Ila hadroti jami-‘i ash-habi rosulillahi SAW Khusushon sayyidina Abu Bakar Shidiq wa ‘Umarobnil-Khothob, wa ‘Utsmanabni ‘Affan, wa ‘Ali bin Abi Tholib wa ‘ala baqiyati min shohabatihi ajma’iin, wa ila jami’il-anbiya-i, wal mursalin, was Syuhadaa-i, was-Sholihin, wal-‘ulamaa-il-‘aamilin, wal-Malaa-ikatil-Muqorrobin, wal-Karubiyyin, war-Ruhaniyyin, wal-Karomal-Kaatibin wa li sayyidina Malaa-ikati: Jibril, Mika-il, Isrofil, ‘Izro-il, wa hamalatil-‘arsyi ‘alaihimussalam ajma’iin. Al-Faatihah (Baca surat al-Fatihah).


Tsumma Ila hadroti jami’i Awliya-illahi mingkulli waliyyin wa waliyatin, mimmasyaariqil-ardhi ila maghoribiha, fi barriha wa bahriha wa jami’i Awliya-i tis’ah Qoddasallohu sirrohum, wa Khushushon ila Hadroti Sulthon Awliya-i, Sayidina Syekh ‘Abdul-Qodir Al-Jailani, Shohibil-Karromah wal-Ijazah, Qoddasa llohu sirrohu, Tsumma Ila Arwahi jami’i Aba-ina, wa ummahatina, wa jaddina, wa jaddatina, wa kholina wa kholatina, wa ‘ammina wa ‘ammatina, wa jami’i ustadzina wa asatidzatina, wa masyayikhina wa masyayikhi masyayikhina, wa lijami’i jama’atina, wa zaujina wa zaujatina wa auladina wa banatina wa dzurriyatina wa ikhwanina minal-muslimina wal-muslimat wal-mukminina wal-mukminat, wa liman hadhoro fi hadzal-majlisi minal-mukminin, Rohmatullahi ta’ala ‘alaina wa ‘alaihim ajma’in Syai-ul lillahi lana wa lahum ajma’in Al-faatihah: (Baca surat al-Fatihah)

Allah swt berfirman yang mengisahkan anak-anak Nabi Ya'qub 'alaihis salaam,

Mereka berkata: “ Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS Yusuf: 97).

Sedangkan dalil lain terkait bentuk tawasul ini terdapat dari perkataan Umar bin Khottob kepada Al 'Abbas bin 'Abdul Muthollib, paman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dunia,

“ O Allah, sesungguhnya kami bertawassul kepada-Mu lewat perantaraan Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan pada kami. Dan sekarang kami bertawassul kepada-Mu lewat perantaraan paman nabi kami, maka turunkanlah pula hujan pada kami. (HR. Bukhari).