Saturday 1 August 2015

“madzhab salaf itu lebih selamat, namun madzhab para khalaf itu lebih berbobot dan lebih hikmah”

Menetapkan kaidah :

مذهب السلف أسلم ومذهب الخلف أعلم و أحكم

“madzhab salaf itu lebih selamat, namun madzhab para khalaf itu lebih berbobot dan lebih hikmah”

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله

Sirah perbezaan pendapat

Pada zaman Rasulullah telah wujud perbezaan pendapat dan ianya tercatat di dalam Riwayat Imam Bukhari:

“Jangan salah seorang dari kamu pun menunaikan solat asar melainkan di Bani Quraizah.”
Namun, sebahagian dari sahabat mendapati asar telah masuk ketika mereka masih dalam perjalanan, lalu berkatalah sebahagian mereka, “Kami tidak akan mengerjakan solat asar sehingga kami sampai di kampung bani quraizah.”
Tetapi sebahagian yang lain pula berkata, “Bahkan kami akan mengerjakan solat asar dan tidak apa-apa salahnya.”
(dapat difahami: Sahabat menganggap arahan Rasulullah tadi bertujuan suatu gesaan untuk mempercepatkan perjalanan.. Tidak bermaksud supaya meninggalkan Solat Asar dalam waktunya)

Hal ini telah sampai ke pengetahuan Nabi S.A.W tetapi baginda tidak mencela sesiapa pun di antara mereka. Justeru Taqrir Rasulullah dengan berdiam diri di sini menunjukkan kebenaran oleh Rasulullah untuk berijtihad bila dirasakan suatu perkara itu samar-samar serta tiada ketetapan yang jelas dari sudut nas ataupun dalil.

Salaf dan Khalaf dari sudut zaman?

Jika kita merujuk kepada kitab-kitab Akidah, maka istilah Salaf akan merujuk kepada tiga zaman selepas Nabi iaitu Zaman Sahabat, Tabieen dan Tabi' tabieen.

Manakala Khalaf pula adalah generasi ke-4...

Fatwa golongan yang menolak  kaidah diatas

Ini adalah kaidah yang batil sekaligus juga merupakan kaidah yang rusak. Terkadang orang yang mengatakannya ia tidak memiliki pemahaman yang benar (tentang kedudukan para salaf). Andai ia memahami dengan benar bagaimana agungnya para salaf (para sahabat Nabi dan yang mengikuti mereka), apalagi yang dimaksud di sini adalah panutan umat yaitu semisal para sahabat Nabi, maka ia tidak akan mengatakan yang demikian.

Siapa yang berani mengatakan bahwa madzhab khalaf (orang-orang belakangan; orang zaman sekarang) lebih berbobot dan lebih hikmah dari madzhab-nya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali? Dan juga para sahabat Nabi seluruhnya yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

خير الناس قرني , ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه

1. “sebaik-baik manusia adalah generasiku, lalu setelahnya, lalu setelahnya”

Dan Allah Ta’ala berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

2. “kalian sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia” (QS. Al Imran: 110)

dan para sahabat adalah para wali Allah. maka merekalah orang yang paling paham mengenai agama Allah. Bagaimana mungkin orang yang mengenal kedudukan para sahabat mengatakan bahwa orang-orang khalaf itu lebih berilmu dari para sahabat?

Dan maksud dari perkataan ini bahwa khalaf lebih paham dari para sahabat dalam masalah apa? (maksud mereka) yaitu dalam masalah asma was sifat, yang padahal ini merupakan ilmu yang paling mulia. Maka yang jelas, orang yang berkata demikian, bisa jadi ia tidak paham dengan baik apa yang ia ucapkan tersebut, atau bisa jadi ia tidak paham mengenai kedudukan para sahabat dengan baik. Semua kemungkinan ini sangat berbahaya,

Dan sekali lagi, perkataan ini adalah perkataan yang batil, tidak boleh dikatakan. Dan orang yang menetapkannya, ia tidak memahami kedudukan para sahabat.

Dan yang benar, madzhab para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik itu lebih selamat, lebih berbobot dan lebih hikmah dan layak disematkan semua sifat unggul yang shahih yang semakna dengan itu semua.

Adapun orang-orang yang selain mereka, yaitu orang-orang khalaf, jika pada mereka ada kebaikan maka artinya mereka telah mengikuti jalannya para sahabat. Namun jika pada mereka ada keburukan, maka para sahabat berlepas diri dari hal itu

Jawaban pada golongan ini

1. “sebaik-baik manusia adalah generasiku, lalu setelahnya, lalu setelahnya”

Sebaik-baik manusia

Yang dimaksud di sini adalah Berbagai mahkota keutamaan dan kemuliaan yang hakiki telah berhasil diraih oleh generasi terbaik umat ini, seiring kebaikan mereka yang tak akan pernah tertandingi oleh generasi sesudahnya sepanjang jaman. Merekalah para sahabat Nabi . Pribadi-pribadi manusia yang telah Allah subhanahu wata’ala pilih untuk mendampingi utusan-Nya yang termulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, didalam mengemban risalah dakwah-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya :

“Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersamanya (para sahabat) sangat tegas terhadap orang-orang kafir namun berlemah lembut terhadap sesamanya. Engkau lihat mereka banyak ruku’ dan sujud dalam rangka mengharap keutamaan dan keridhaan Allah. Tanda-tanda mereka nampak pada wajah-wajahnya dari bekas sujud. Demikianlah permisalan mereka yang telah terdapat pada Taurat. Adapun permisalan mereka di dalam Injil seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan kokohlah dia di atas pokoknya”. (Al Fath : 29).
Maka tak ayal lagi, kalau Rasulullah merekomendasikan bahwa mereka adalah sebaik-baik generasi umat ini. Beliau bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

1. “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi sesudahnya (para tabi’in) kemudian generasi sesudahnya (para pengikut tabi’in)”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata : ”Dan masing-masing mereka (para sahabat) adalah orang yang adil, imam yang memiliki keutamaan dan keridhaan. Diwajibkan atas kita untuk memuliakan, menghormati, memintakan ampunan untuk mereka dan mencintai mereka. Satu buah kurma yang mereka sedekahkan lebih utama dari sedekah seluruh apa yang kita miliki. Duduknya mereka bersama Nabi ? lebih utama daripada ibadah kita sepanjang masa. Kalau seandainya seluruh umur kita gunakan untuk beribadah terus-menerus maka tidak akan mampu menandingi amalan sesaat atau lebih dari mereka”.(Al Ahkam fi Ushulil Ahkam 5/663).

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاس

2. Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik.

Pribadi-pribadi sebaik-baik manusia

1•  kebaikan mereka yang tak akan pernah tertandingi oleh generasi sesudahnya sepanjang jaman.

2•  mereka banyak ruku’ dan sujud dalam rangka mengharap keutamaan dan keridhaan Allah.

3•  orang yang adil, imam yang memiliki keutamaan dan keridhaan.

4•  Kalau seandainya seluruh umur kita gunakan untuk beribadah terus-menerus maka tidak akan mampu menandingi amalan sesaat atau lebih dari mereka

5•  menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman).

Dan maksud dari perkataan ini bukanlah bermakna khalaf lebih paham dari para sahabat.

Ulama khalaf adalah penerus ulama salaf

 Berikut uraian  mengenai istilah salaf dan khalaf yang kami kutip dengan sedikit penyesuaian dari http://singkirkankepalsuan.blogspot.com/2012/05/kholaf-penerus-salaf.html

***** awal kutipan *****

Sekitar Istilah Salaf dan Khalaf

Di antara gejala buruk yang berlaku dalam bidang ilmu agama adalah munculnya golongan yang mengaku lebih memahami manhaj salaf di banding para ulama’ sebelum mereka yakni ulama yang di sebut oleh mereka sebagai “ulama khalaf”.   Untuk menjadikan diri mereka berhak mengetahui siapa sebenarnya salaf dan apa sebenarnya manhaj salaf, maka mereka menamakan diri mereka dengan nama “salafi”, yaitu orang yang mengikut jejak salaf.

Ketidaktauan Terhadap Istilah

Golongan intelektual yang setengah matang yang muncul dalam lapangan intelektual Islam terpaksa menciptakan terminologi-terminologi (mustalahat) baru untuk mengelabui golongan yang lebih jahil daripada mereka. Lalu, mereka menggunakan istilah tertentu dengan takrif/definisi baru yang menyimpang dari penggunaan asalnnya dengan tujuan untuk mendominasi dan memonopoli istilah tersebut.

Maka, muncullah terminologi seperti “salafi”, “khalafi” dan sebagainya yang mana sebelumnya, para ulama’ hanya menggunakan istilah khalaf dan salaf saja.

Salafi menurut mereka adalah: “orang2 yang mengikuti manhaj salaf”.

Khalafi menurut mereka adalah: “orang yang tidak mengikut manhaj salaf”.

Padahal, istilah salaf dan khalaf yang digunakan oleh para ulama’ secara sepakat sebelum munculnya golongan mereka adalah:

Salaf: Generasi yang hidup dalam kurun pertama sehingga kurun ketiga hijrah, atau sampai kurun kelima hijrah. pendapat paling kuat adalah, sampai kurun ketiga hijrah.

Khalaf: Generasi yang hidup setelah kurun ketiga atau kelima hijrah.

Maka, istilah salaf dan khalaf dalam penggunaan asal dari para ulama’ tidak pernah di maksudkan sebagai suatu perbedaan manhaj, tetapi lebih di maksudkan pada perbedaan tempo masa saja.

Sampai pada masa munculnya golongan mereka yang mengaku sebagai salafi, yang padahal mereka hanyalah meneruskan pemahaman Ibn Taimiyyah yang sering mengaku lebih memahami salaf di banding dengan ulama’-ulama’ lain sebelumnya atau yang sezaman dengannya khususnya dari kalangan Asya’irah yang dianggap kurang memahami manhaj salaf, lalu memulai usaha menamakan diri sebagai salafi dan lalu menamakan selain mereka sebagai khalafi.

***** akhir kutipan *****

Sesungguhnya penerus ulama Salaf adalah ulama khalaf yakni para ulama yang sholeh yang bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.

Imam Mazhab yang empat bertemu dan bertalaqqi (mengaji) langsung dengan ulama Salaf.

Imam Mazhab yang empat menyampaikan hasil talaqqi mereka dengan ulama salaf dalam bentuk ijtihad dan istinbat mereka dan menuliskan dalam kitab-kitab fiqih mereka agar umat Islam di kemudian hari yang tidak bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan ulama Salaf dapat menelusurinya melalui kitab-kitab fiqih yang mereka tulis.

Imam Mazhab yang empat telah disepakati oleh jumhur ulama yang sholeh dari dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)

Imam Mazhab yang empat adalah para ulama yang terbaik dalam memahami Al Qur’an dan Hadits. Belum ada satupun ulama setelah mereka yang dapat menyaingi kompetensi mereka dalam memahami Al Qur’an dan Hadits.

Imam Mazhab yang empat masih terjaga kemutawatiran sanad dan kemurnian agama dan aqidahnya. Tidak tercampur dengan prasangka atau akal pikiran manusia yang diliputi hawa nafsu dan kepentingan ataupun tidak tercampur dengan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi

Mereka berbeda diantara berempat, semata-mata dikarenakan terbentuk setelah adanya furu’ (cabang), sementara furu’ tersebut ada disebabkan adanya sifat zanni dalam nash. Oleh sebab itu, pada sisi zanni inilah kebenaran bisa menjadi banyak (relatif), mutaghayirat disebabkan pengaruh bias dalil yang ada. Boleh jadi nash yang digunakan sama, namun cara pengambilan kesimpulannya berbeda.

Muncul Ulama' Khalaf

Sewaktu Zaman Sahabat, Tabieen dan Tabi' Tabieen ianya tidak popular lantaran majoriti Bangsa Arab sahaja yang menganut Agama Islam serta mendalami Alquran dan Hadith, namun masalah timbul bila Bangsa Asing mula menganut Islam, kadangkala mereka faham Alquran dan  Hadith berdasarkan fahaman agama mereka yang terdahulu, contohnya -Allah ada anggota (macam berhala)?- Disebabkan ini fahaman yang berbahaya, maka ulama' mula mencari dan mengkaji, itulah asalnya Ulama' khalaf.

Jawaban yang kedua

Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik.

2. Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat

Ayat ini menerangkan perbandingan antara umat Nabi Muhammad
dengan umat terdahulu yaitu ahli kitab-umat Nabi Musa dan umat Nabi  Isa.
Bukan perbandingan antara dua golongan umat Nabi Muhammad yaitu
generasi Salaf dan generasi Khalaf.

Ditengarai kaum Zionis Yahudi mencitrakan atau menghasut seolah-olah ulama khalaf bukanlah penerus ulama Salaf dengan tujuan menghilangkan peranan Imam Mazhab yang empat sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak).  Kaum Zionis Yahudi  berupaya untuk membingungkan kaum muslim dalam bermazhab sekaligus upaya menimbulkan perselisihan dan perpecahan di antara kaum muslim karena perbedaan pemahaman dikarenakan adanya segelintir kaum muslim yang tidak bermazhab

Protokol Zionis yang ketujuhbelas

…Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para ulama non-Yahudi (termasuk Imam Mazhab yang empat) dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari paham agama telah dikumandangkan dimana-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama itu akan bertumbangan…..

Salaf dan Khalaf dari sudut Manhaj? (pendekatan)

Contoh

Analognya mudah..
Ayat: "..Tangan Allah diatas tangan mereka" _Surah Alfath ayat 10
Titik perbezaan(khilaf) berlaku pada tahap ke-4:

TAHAP-1:
Ulama' Salaf & Khalaf yakin ini adalah ayat Alquran dan kalamullah.

TAHAP-2:
Apa yang dapat Ulama' Salaf dan Khalaf sepakat faham, mustahil Allah beranggota (berjisim) seperti manusia biasa atau seolah2 seperti berhala (ada tangan).

TAHAP-3
Ulama' Salaf dan Kholaf yakin Tangan disini bukan bermakna tangan macam kita, tetapi ada makna lain.

TAHAP-4
Ulama' Salaf: "Hanya Allah yang tahu 'makna' tersembunyi itu, dikhuatiri salah jika kita berbincang..." (Langkah selamat)
Ulama' Khalaf: "Kita ijtihad berdasarkan Ilmu untuk fahami maksud kalam Allah ini, adakah keputusan nanti benar-benar tepat? Wallahua'lam... kami hanya ijtihad." (Langkah Ilmiah)

Konklusi: Ulama' Salaf cenderung kepada aslam(selamat) dan Ulama' Khalaf cenderung kepada ahkam(Ilmiah)
Justeru: Kedua-duanya betul kerana muliakan Allah cuma caranya berbeza.

Doa Rasulullah saw

Rasululah pernah berdoa buat Saidina Abdullah b. Abbas ra:

--Allahumma faqqihhu fiddin wa allimhu ta'wil--

(Ya Allah... fahamkanlah ia akan agama dan alimkan ia dengan takwil)
Secara tidak langsung menunjukkan Rasulullah saw merestui Saidina Abdullah b. Abbas ra untuk ber-ijtihad dan menafsir nas.

(Dipetik dari beberapa website)

No comments:

Post a Comment